kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek PLTU CNKO molor hingga akhir tahun depan


Rabu, 08 Oktober 2014 / 15:51 WIB
Proyek PLTU CNKO molor hingga akhir tahun depan
ILUSTRASI. Perbankan terus melakukan penutupan jaringan kantor karena dinilai kurang optimal../pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/26/09/2022.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Proyek dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Eksploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) di Rengat dan Tembilahan bisa dipastikan molor. Pasalnya, progress penyelesaian proyek tersebut terbilang lamban.

"Bisa dibilang molor karena kemarin sempat ada renegosiasi ketika dollar naik," tandas Wiim Andrian, Investor Relation CNKO, (8/10).

Selain terganggu lantaran pelemahan rupiah terhadap dolar AS, teknis pengerjaan proyek ini dilapangan juga mengalami kendala. Kondisi lahan berupa tanah gambut dan tingginya curah hujan membuat proyek tersebut terhambat.

Bahkan, mandeknya dua proyek ini sudah terjadi untuk kurun waktu yang cukup lama. Perlu diketahui, ada tujuh item pengerjaan proyek PLTU di Rengat. Dari ketujuh item tersebut, rata-rata penyelesaiannya baru mencapai 13%. Setidaknya, sejak bulan Januari hingga Agustus tahun ini, angka tersebut tidak berubah. Padahal, PLTU Rengat ditargetkan dapat selesai pada Februari 2015 untuk kemudian mulai beroperasi pada April di tahun yang sama.

Masih pada periode yang sama, realisasi penggunaan dana untuk pengerjaan proyek tersebut juga tidak berubah. Realisasinya masih mandek di angka Rp 62,64 miliar. Sementara, perseroan masih harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 104,09 miliar untuk mengerjakan proyek tersebut hingga tahap final.

PLTU Tembilahan juga kondisinya tidak berbeda jauh. Ada perkembangan, tapi hanya sedikit. Dalam PLTU juga ada tujuh item utama pengerjaan proyek. Sejak bulan Januari hingga Juni, rata-rata penyelasaiannya 26%. Bulan Juli, persentasenya berubah menjadi 28%. Jika dirinci lebih lanjut, perubahan tersebut terjadi di item realisasi pembebasan lahan yang sebelumnya mencapai 25% menjadi 35%.

Realisasi penggunaan dana proyek ini sebesar Rp 144,68 miliar. Perseroan masih harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 50,69 miliar guna mencapai tahap finalisasi. Sementara, realisasinya baru mencapai 28%, tapi sebelumnya manajemen menargetkan dapat melakukan commisioning pada bulan November nanti dan dapat mulai beroperasi Desember tahun ini.

"Proyeknya tetap akan berjalan, kami harapkan bisa mulai beroperasi pada akhir tahun depan," pungkas Wiim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×