Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perlambatan ekonomi menyeret penjualan semen ikut tergerus. Akibatnya, kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) cenderung stagnan. Sejumlah tantangan dan rintangan telah mengintai perusahaan hingga akhir tahun ini.
Salah satu rintangan yang bakal dihadapi oleh perusahaan produsen semen adalah fluktuasi rupiah. Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities, mengatakan, depresiasi rupiah menyebabkan biaya produksi dan investasi INTP membengkak.
Akibatnya, rasanya sulit bagi INTP mampu membukukan pertumbuhan sekokoh tahun lalu. Sejatinya tanda-tanda kondisi itu terlihat dari kinerja INTP di kuartal I-2015. Pendapatan emiten semen ini Rp 4,33 triliun, turun 3,8% di bandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untung saja, INTP berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 1,14 triliun atau naik tipis 0,88% secara year on year (yoy).
Analis Reliance Securities, Robertus Yanuar Hardy mengatakan, tren penurunan penjualan semen domestik menjadi penggerus prospek bisnis INTP tahun ini. Apalagi sampai dengan akhir tahun ini penjualan semen domestik tidak akan sebaik tahun sebelumnya. Malah ada indikasi penjualannya menurun.
Lihat saja, performa penjualan semen secara nasional sampai Mei 2015 hanya sebesar 22,9 juta ton. Angka ini melorot 3,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 23,8 juta ton. Kebijakan pemerintah pada awal tahun yang memangkas harga semen juga akan berpengaruh terhadap kinerja INTP. Pemangkasan harga otomatis menggerus pendapatan.
Padahal, pasokan semen sedang berlebih, ditambah persaingan industri semen sangat ketat. Walhasil, perang harga akan sulit dihindari dan berpotensi menggerus laba bersih INTP. Saat ini, perseroan memegang 30% dari pangsa pasar semen domestik
Meski demikian Robertus menyebutkan, ada katalis positif yang dapat menopang kinerja INTP tahun ini. Yakni, proyek infrastruktur pemerintah yang akan mulai terealisasi pada akhir bulan Juni ini. "Mulai semester II diharapkan ada pemulihan penjualan semen karena proyek infrastruktur pemerintah mulai berjalan," ujar dia.
Pendapat Analis BNI Securities Thendra Chrisnanda, lain lagi. Menurut dia, sampai bulan Juli penjualan semen sulit naik signifikan. Ini mengingat menjelang Lebaran permintaan cenderung sepi karena aktifitas pembangunan mulai menurun.
Memang, usai Juli permintaan semen akan meningkat, tapi dengan waktu tersisa tinggal beberapa bulan, target INTP akan sulit dikejar. Walhasil, kinerja INTP di tahun ini belum akan cemerlang.
Kinerja INTP baru akan kokoh di tahun 2016. "Karena proyek infrastruktur diperkirakan efektif berjalan dan akan menggenjot penjualan semen secara nasional," terang Thendra.
Hingga akhir tahun Thendra memproyeksikan, pendapatan INTP mencapai Rp 21,18 triliun. Proyeksi laba bersihnya menjadi Rp 5,18 triliun
Robertus merekomendasikan hold saham INTP dengan target harga Rp 22.500 per saham. Kemudian Budi juga merekomendasikan hold di Rp 23.500. Sedangkan Thendra merekomendasikan, buy dengan target Rp 26.150. Selasa (23/6) harga INTP stagnan di Rp 21.025 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News