Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di sektor infrastruktur dan konstruksi tampak mulai membangun kembali pondasi penguatan harga saham. Hal tersebut terutama bagi emiten konstruksi plat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya.
Penguatan saham emiten konstruksi BUMN dalam sebulan terakhir antara lain tergambar dari pergerakan saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang melesat 10,79%. Meski pada perdagangan Kamis (9/6) ditutup melemah 0,65% ke posisi Rp 770.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menyusul dengan kenaikan 9,71% dalam sebulan. Hingga penutupan perdagangan kemarin, harga WSKT tidak bergerak di posisi Rp 565. Berikutnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang harga sahamnya melaju 6,15% dalam sebulan. Harga saham PTPP berada di Rp 950 setelah ditutup melemah 2,06%.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) tak ketinggalan, sahamnya naik 4,32% dalam sebulan terakhir. Kemarin, saham WIKA juga koreksi 1,53% ke posisi Rp 965.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Bukukan Kontrak Baru Rp 8,2 Triliun hingga April 2022
Sejalan dengan induk usahanya, anak usaha BUMN Karya pun mencatatkan penguatan harga saham dalam sebulan terakhir. Seperti yang terjadi pada PT PP Presisi Tbk (PPRE), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE).
Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata membeberkan, redanya penyebaran Covid-19 membuat sektor padat karya kembali bergulir kencang. Apalagi pemerintah menggenjot kembali pembangunan infrastruktur sebagai prioritas hingga tahun 2024.
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Baru di Kalimantan Timur juga menjadi pendorong ekspektasi tumbuhnya kontrak baru emiten konstruksi, terutama bagi BUMN Karya.
"Adanya proyek IKN baru dan kelanjutan proyek-proyek transportasi pemerintah, seperti penuntasan jalur kereta api Trans Sulawesi membawa sentimen positif kepada investor di sektor konstruksi," kata Liza kepada Kontan.co.id, Kamis (9/6).
Di sisi lain, Sovereign Wealth Fund (SWF) - Indonesia Investment Authority (INA) diharapkan bisa membawa angin segar bagi sektor infrastruktur secara umum. Terlebih, INA dikabarkan sudah mengamankan investasi senilai Rp 75 triliun dan mendapatkan komitmen dari Uni Emirat Arab senilai US$ 10 miliar.
Kemudian, Liza memandang divestasi aset dalam rangka recycling asset menjadi hal yang menarik di sektor konstruksi pada tahun ini. WSKT bisa menjadi emiten yang paling diuntungkan dari investasi yang akan direalisasikan INA.
Meski begitu, Liza memberikan catatan terhadap sektor konstruksi. Pasalnya, sejauh ini kinerja keuangan emiten di sektor ini masih tertekan akibat efek pandemi yang masih terasa. Meski Covid-19 bertransisi dari pandemi menjadi endemi, namun prospek emiten konstruksi pada tahun ini ditaksir masih akan stagnan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Emiten BUMN yang Ramai-Ramai Rights Issue
Terlebih, ada risiko kenaikan suku bunga yang berpotensi diambil Bank Indonesia pada awal semester kedua, seiring tren peningkatan suku bunga The Fed.
"Pertumbuhan kontrak baru mungkin ter-offset biaya bunga dan sebagainya, sepertinya masih akan membuat kinerja 2022 kurang lebih sama dengan 2021 alias stagnan," terang Liza.
Adapun saham emiten infrastruktur - konstruksi yang terbilang menarik adalah yang memiliki Price to Book Value (PBV) di bawah satu kali, seperti PTPP dan WIKA.
Berikut rekomendasi saham yang bisa dicermati pelaku pasar:
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
- Jika mampu break out level Rp 990, maka baru berpotensi membuka jalan menuju target ke area Rp 1.100 - Rp 1.120. Level average up sebaiknya di atas angka bulat Rp 1.000 sebagai resistance psikologis.
- Suport yang perlu dicermati berada di area Rp 940 - Rp 935 atau Rp 910 - Rp 900.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
- Mulai bottoming dan berpeluang bisa membentuk tren naik jangka pendek ke arah target Rp 1.150. Namun average up atau tambah beli sebaik dilakukan di atas Rp 1.000. Area suport yang perlu dicermati berada di Rp 950 atau Rp 930.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News