kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.610   15,00   0,09%
  • IDX 8.238   149,11   1,84%
  • KOMPAS100 1.145   25,73   2,30%
  • LQ45 820   23,58   2,96%
  • ISSI 290   4,46   1,56%
  • IDX30 429   13,21   3,18%
  • IDXHIDIV20 487   16,89   3,59%
  • IDX80 127   2,85   2,30%
  • IDXV30 135   1,26   0,95%
  • IDXQ30 136   4,84   3,69%

Telkom (TLKM) Spin Off Bisnis Serat Optik, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 21 Oktober 2025 / 16:34 WIB
Telkom (TLKM) Spin Off Bisnis Serat Optik, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) telah menandatangani rencana pemisahan atau spin-off bisnis infrastruktur serat optiknya ke anak usaha baru.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) telah menandatangani rencana pemisahan atau spin-off bisnis infrastruktur serat optiknya ke anak usaha baru bernama PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF). Upaya ini dinilai analis mampu memperkuat transformasi jangka panjang perseroan.

SVP Corporate Secretary TLKM, Jati Widagdo menjelaskan, rencana ini bertujuan agar TLKM lebih fokus dalam mengembangkan bisnis, menciptakan nilai tambah, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan pemanfaatan aset jaringan fiber optik. 

Hal ini diharapkan dapat memperkuat posisi TLKM sebagai penyedia infrastruktur konektivitas utama di Indonesia.

“Rencana transaksi ini juga mendukung agenda nasional dalam mempercepat pemerataan digitalisasi, meningkatkan penetrasi fixed broadband, serta memastikan ketersediaan konektivitas yang andal dan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia," jelas Jati dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (21/10/2025).

Baca Juga: Telkom (TLKM) Spin Off Bisnis Serat Optik, Transaksi Capai Rp 35,78 Triliun

Adapun, nilai transaksi spin off tersebut mencapai Rp 35,78 triliun. Pasca transaksi ini, komposisi kepemilikan saham TLKM di TIF menjadi 99,9999997% 

Menurut Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, aksi korporasi ini dapat memperkuat transformasi jangka panjang dan meningkatkan fokus, efisiensi, serta transparansi aset perseroan. 

Pemisahan infrastruktur fiber menciptakan monetisasi jangka panjang, baik melalui initial public offering (IPO), strategic partnership, maupun divestasi minoritas. 

Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Siapkan Program Magang dan Uang Saku Untuk Fresh Graduate

“Dampak jangka pendek terhadap laporan keuangan terbatas, namun membuka peluang value unlock besar di masa depan,” kata Abida saat dihubungi Kontan, Selasa (21/10/2025).

Dengan demikian, spin-off TIF menurut dia bukan hanya restrukturisasi internal, melainkan menjadi fondasi bagi restrukturisasi valuasi TLKM agar lebih adil dan mengangkat potensi setiap segmen bisnisnya.

Ke depan, prospek TLKM menurut Abida akan bergantung pada dua pilar utama, yakni transformasi TIF sebagai satu-satunya pemain wholesale di bidangnya, dan optimalisasi sinergi jaringan telekomunikasi tetap dan seluler (Fixed Mobile Convergence/FMC) milik TLKM.

TIF menurutnya berpeluang meningkatkan utilisasinya dari 40% menuju 60–70% sehingga memperbesar pendapatan eksternal tanpa tambahan belanja modal besar, dan menarik penyewa seperti MVNO, penyedia cloud, serta data center. 

“Dengan aset senilai Rp 35,78 triliun, TIF berpotensi menjadi InfraCo terbesar di Indonesia dan membuka jalan monetisasi aset yang lebih cepat,” tambah Abida.

Baca Juga: Lelang Spektrum 1,4 GHz Dibuka, Begini Prospek TLKM, WIFI dan DSSA

Sementara itu, TLKM dan Telkomsel yang kini berfokus pada layanan FMC dapat mempercepat efisiensi, meningkatkan pendapatan rerata per pengguna (ARPU), serta memperkuat margin. 

Integrasi IndiHome ke Telkomsel juga menurut Abida mampu mendorong sinergi jaringan dan pelanggan, memperbaiki struktur neraca, serta mendukung efisiensi belanja modal perusahaan. 

“Dengan arah transformasi ini, TLKM berpotensi menjadi leaner, more focused digital telco dengan valuasi yang lebih kompetitif dibanding pemain regional,” imbuhnya.

Abida mencermati, sentimen awal pasar terhadap aksi korporasi ini sangat positif, tercermin dari kenaikan harga saham TLKM lebih dari 9,52% dan aksi beli bersih asing Rp 87 miliar pasca pengumuman. 

Dia melihat, investor menilai langkah ini sebagai upaya konkret mengurangi conglomerate discount dan meningkatkan transparansi, sejalan dengan tren global di industri telekomunikasi. 

“Aksi ini memperkuat persepsi bahwa TLKM serius membangun fondasi valuasi baru yang lebih menarik bagi investor institusional jangka panjang,” ujarnya.

Namun, keberlanjutan sentimen positif ini kata Abida sangat bergantung pada eksekusi. Jika TIF mampu meningkatkan utilisasi jaringan dan mencatat pendapatan eksternal signifikan, momentum optimismenya akan tetap terjaga. Sebaliknya, lambannya implementasi atau meningkatnya kompetisi wholesale fiber bisa menekan harga saham. 

Rekomendasi Saham

Abida mempertahankan rekomendasi beli untuk saham TLKM dengan target harga Rp 3.500. Hal ini mencerminkan pandangan positif BRI Danareksa Sekuritas akan transformasi struktural TLKM pasca spin-off.

Valuasi menggunakan pendekatan gabungan Discounted Cash Flow (DCF) dan EV/EBITDA multiple rata-rata 5 tahun yang lebih tinggi dari mean historis, sejalan dengan ekspektasi re-rating industri di paruh kedua 2025. 

Pendekatan ini menurutnya menyeimbangkan potensi value unlock jangka panjang dengan perbaikan fundamental jangka menengah.

Secara proyeksi, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan estimasi pendapatan tahun 2025 TLKM menjadi minus 2,9% dengan asumsi penurunan 3% YoY pada segmen mobile, pertumbuhan moderat di IndiHome, serta kenaikan terbatas sekitar 5% YoY pada bisnis enterprise dan wholesale

EBITDA juga direvisi turun menjadi 4,8%–6,0% untuk tahun 2025 hingga 2027, namun margin diperkirakan meningkat dari 50% menjadi 51% berkat efisiensi biaya. 

Dengan proyeksi price to earnings ratio (PER) 13,4 kali dan return on asset 15,3% di sepanjang tahun 2026, valuasi TLKM dinilai BRI Danareksa Sekuritas masih menarik secara sektoral. 

“Risiko utama tetap pada potensi downtrading konsumsi data di tengah price repair, mengingat data yield TLKM yang lebih tinggi dibanding pesaing,” pungkas Abida.

Selanjutnya: Bank Mandiri Salurkan Kredit Mikro kepada 654 Ribu Perempuan Pengusaha

Menarik Dibaca: Blibli Hadirkan The Blibli Match: Padel Series, Total Hadiah Rp 600 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×