kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Prospek SCMA cerah seiring pertumbuhan iklan


Minggu, 17 September 2017 / 20:33 WIB
Prospek SCMA cerah seiring pertumbuhan iklan


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Belanja iklan pada periode Januari sampai Juli tahun ini meningkat, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Data Nielsen menyebutkan, belanja iklan tumbuh 6% dikarenakan adanya kenaikan tarif. Totalnya mencapai Rp 82,1 triliun pada beberapa lini media.

Iklan lewat televisi misalnya, memberikan sumbangan terbesar dengan total belanja iklan mencapai Rp 65,1 triliun. Jumlah ini setara dengan 79,29% dari keseluruhan total pendapatan iklan varian media. Bila melihat potongan kue yang cukup besar, apakah saham media televisi cukup menarik dikoleksi?

Christine Natasya Analis Mirae Asset Sekuritas memprediksi sampai akhir tahun pertumbuhan sektor media masih landai. Hal itu terukur dari seberapa besar jangkauan audience media tersebut. "Industri saat ini masih biasa saja, karena consumer goods yang turun juga," ujar Christine kepada KONTAN, Jumat (15/9).

Dia melanjutkan, di antara beberapa emiten media, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) masih memiliki prospek yang menarik. Hal ini lantaran, emiten masih diimbangi dengan iklan dari perusahaan properti Meikarta dan bisnis e-commerce. Alhasil, hal tersebut mendongkrak pendapatan iklan SCMA. "Selain itu, good corporate governance (GCG) perusahaan juga baik," imbuhnya.

GCG yang dimaksud diantaranya seperti transparansi perusahaan kepada publik. Sehingga bisa memberikan kepastian kepada publik. Bukan hanya itu, SCMA menarik juga didukung oleh earning yang meningkat dan margin yang cukup tebal. "Lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu," imbuhnya.

Dia memprediksi pendapatan dan laba bersih SCMA akan bertumbuh sekitar 5%. Meski masih di bawah double digit, menurutnya industri televisi masih cukup prospektif. "Meskipun ada shifting ke media online," ujarnya.

Besaran shifting tersebut tersebut dinilai masih kecil. Pasalnya, penetrasi internet di Indonesia masih belum melingkupi seluruh wilayah. Oleh karena itu, jaringan televisi melalui free to air (FTA) masih menjadi pilihan pengiklan. "Karena berbentuk kepulauan, broadband penetrasinya juga masih rendah," katanya.

Christine merekomendasikan buy saham SCMA dengan target harga Rp 2.520.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×