kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Layar kaca SCMA masih mengilap


Jumat, 28 Juli 2017 / 19:13 WIB
Layar kaca SCMA masih mengilap


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Emiten media PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mencatatkan penurunan pangsa pemirsa baik untuk prime time maupun all time di bulan Juni. Penurunan audience share berimbas pada kinerja SCMA pada kuartal II-2017 yang tercatat stagnan.

Dalam laporan keuangan SCMA kuartal II-2017, pendapatan SCMA hanya naik 3% menjadi Rp 2,41 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 2,34 triliun. Untuk laba bersih malah naiknya hanya 1% menjadi Rp 838,91 miliar dari sebelumnya Rp 836,91 miliar. 

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, penurunan pangsa pemirsa karena terjadinya pergeseran tren masyarakat terhadap penayangan berbagai film India. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan audience share SCMA. "Karena masyarakat beralih ke ANTV yang banyak menayangkan film India," ujar Nafan kepada KONTAN, Jumat, (28/7).

Di semester II-2017 audience share dan kinerja diperkirakan akan pulih kembali. Sebab SCMA diperkirakan akan menayangkan kembali liga Champions dan liga Eropa. Selain itu SCMA juga kabarnya ada rencana menjadikan SCTV Sports sebagai unit bisnis sendiri dalam bentuk TV berbayar.

Sekretaris Perusahaan SCMA, Gilang Iskandar masih enggan menanggapi hal ini. "Soal ini no commment," katanya.

Menurut Nafan, selama SCMA memegang hak siar Liga Champions dan Liga Eropa, audience share dan kinerja SCMA berpeluang naik di semester II. Hal ini disebabkan oleh banyaknya fanatisme sepakbola di tanah air. Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki penggemar sepakbola terbesar di kawasan Asia Pasifik.

Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani menilai, kinerja SCMA semester I ini cenderung stagnan. Laba bersih ditopang oleh kinerja kuartal II yang meningkat. Kinerja di kuartal pertama sudah mengalami penurunan. "Peningkatan di kuartal II ini lebih dikarenakan momen puasa/lebaran yang mampu meningkatkan pendapatan iklan dan audience," ungkapnya.

Riska menilai, kinerja semester II berpotensi menurun seiring dengan semakin turunnya audience. Riska melihat, masyarakat saat ini lebih concern terhadap era digital. Ini merupakan tantangan berat bukan hanya SCMA tapi untuk MNCN, VIVA, dan emiten lain yang sejenis.

Untuk itu dia memproyeksikan pendapatan SCMA akan meningkat 9% menjadi Rp 4,96 triliun dengan kenaikan laba bersih 15% menjadi 1,73 triliun. Riska merekomendasikan beli saham SCMA dengan target harga Rp 2.450. Nafan merekomendasikan buy SCMA dengan target harga Rp 2.800. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×