Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) akan menikmati keuntungan dari penurunan harga bahan baku dan meningkatnya harga jual. Proyeksinya dua hal tersebut akan mampu menopang raihan margin perusahaan.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto melihat, ICBP akan didukung harga bahan baku yang lebih rendah dan harga jual yang berpotensi naik. Faktor tersebut akan berdampak pada meningkatnya margin kotor ICBP.
Untuk diketahui, volume penjualan yang solid dan biaya input yang rendah telah mendukung margin ICBP pada kuartal I 2024. ICBP mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 4% year on year (yoy) menjadi Rp 19,92 triliun pada triwulan pertama tahun ini.
Natalia mengatakan, hasil top line tersebut terutama didukung oleh peningkatan pendapatan dari bertumbuhnya volume penjualan Mie Instan dan Produk Susu sekitar 4% - 8%. Sedangkan, pendapatan segmen Minuman bertumbuh 10%, segmen Snack -1% dan Gizi -9%.
Di sisi lain, biaya input turun dengan penurunan harga gandum sekitar 19% dan pertumbuhan harga minyak sawit mentah (CPO) hanya sekitar 3% pada kuartal I-2024. Alhasil, margin laba kotor ICBP tercatat kuat sebesar 38,2% pada kuartal pertama tahun ini, tertinggi sejak tahun 2008.
Baca Juga: Indofood (INDF) dan Indofood CBP (ICBP) Menebar Dividen, Segini Prediksi Yieldnya
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan prospek harga bahan baku utama seperti gandum dan minyak sawit mentah akan tetap lemah di kuartal-kuartal mendatang. Sehingga margin kotor ICBP diperkirakan akan bertahan pada level kisaran 37%.
Biaya input utama diperkirakan tidak terlalu besar yaitu gandum sekitar 600 cents/bu dan CPO sekitar MYR3,852/metrik ton di akhir 2024. Perkiraan tersebut diharapkan bisa mendorong margin kotor ICBP yang berkelanjutan sebesar 37%.
Namun terlepas dari penurunan harga bahan baku, ICBP mengindikasikan akan melakukan penyesuaian harga jual (ASP) sekitar 2 % jika biaya input meningkat. Walaupun emiten produsen Indomie tersebut tetap mempertimbangkan daya beli konsumen.
“Harga input yang rendah dan penyesuaian harga jual sebesar 2% bakal mendukung margin tinggi ICBP pada tahun 2024,” ungkap Natalia kepada Kontan.co.id, Selasa (9/7).
Natalia memproyeksikan, emiten konsumer terutama ICBP akan melaporkan pertumbuhan laba inti sebesar dua digit pada kuartal II-2024 dan semester I-2024, didukung oleh pertumbuhan volume dan margin yang lebih tinggi. Pada kuartal kedua, ICBP diproyeksi akan membukukan pertumbuhan laba inti tertinggi sebesar 45%, disusul SIDO 33% dan MYOR 14,4%.
BRI Danareksa Sekuritas masih melihat dukungan untuk sektor konsumer seiring rencana pemerintah untuk melanjutkan program perlindungan sosial pangan hingga Desember 2024. Diperpanjangnya bantuan sebagai respons terhadap potensi La Nina ini bakal memberikan manfaat bagi 22 juta keluarga.
“Dikombinasikan dengan pilkada pada November dan perayaan akhir tahun, kami yakin faktor-faktor ini akan meningkatkan konsumsi domestik,” imbuh Natalia.
Namun, Natalia mengingatkan kuartal ketiga secara musiman lemah bagi perusahaan konsumen. Hal ini biasanya berasal dari tekanan tambahan pada daya beli karena biaya terkait Pendidikan tinggi selama bulan Juli – Agustus.
Di sisi lain, proyeksi Rupiah yang diperkirakan lebih lesu akan mengakibatkan kerugian nilai tukar untuk ICBP dan biaya pendanaan kemungkinan bakal lebih tinggi. BRI Danareksa menyesuaikan asumsi USD/IDR untuk tahun 2024 menjadi Rp15,875 per dolar AS dari sebelumnya Rp15,300 per dolar AS.
Natalia mempertahankan rekomendasi Buy untuk ICBP dengan target harga tidak berubah sebesar Rp 12.900 per saham. Risiko penurunan peringkat kami mencakup depresiasi Rupiah lebih lanjut dan lonjakan harga bahan baku yang menyebabkan penurunan margin dan melemahnya pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News