Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Volume distribusi gas PGAS diperkirakan hanya tumbuh 1,1% yoy, sedangkan volume transmisi gas justru diperkirakan turun dari 1.543 MMSCFD pada 2024 menjadi 1.400 MMSCFD pada 2025. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya output gas di Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
"Di sisi hulu, lifting minyak dan gas juga turun 8,1% yoy menjadi 6,8 juta barel ekuivalen minyak (MMBOE) akibat penurunan alamiah di blok Pangkah," jelasnya.
Di tengah tekanan tersebut, PGAS tetap melanjutkan ekspansi infrastruktur dan diversifikasi usaha.
Baca Juga: Bakal Bangun Jargas 2025, Perusahaan Gas Negara (PGAS) Anggarkan Capex US$ 29 Juta
Proyek pipa gas Tegal–Cilacap yang terintegrasi dengan jaringan Gresik–Semarang dan Cisem Fase II terus dikebut untuk memenuhi permintaan industri dan pasokan ke kilang Pertamina. Di sisi hilir, PGAS menargetkan penambahan 200.000 sambungan rumah tangga jaringan gas kota.
Perusahaan juga menggarap peluang baru di segmen LNG trading dan regasifikasi dengan optimalisasi FSRU Lampung.
Tidak hanya itu, PGAS mulai menjajaki potensi energi hijau dengan monetisasi biomethane, serta mengejar perpanjangan kontrak bagi blok-blok migas seperti Muara Bakau dan Muriah untuk menjaga portofolio hulu tetap produktif.
Baca Juga: Laba Bersih Perusahaan Gas Negara (PGAS) Turun 48,80% pada Kuartal I-2025
Dus, Devi menilai ada beberapa katalis positif yang bisa mendorong kinerja saham, seperti peningkatan pasokan dan konsumsi gas, kontribusi dari segmen LNG, serta inisiatif energi hijau.
"Namun, selama isu kontrak dan tekanan margin belum tuntas, kami memilih tetap berhati-hati," pungkas Devi.
Selanjutnya: AAUI Apresiasi Penundaan Kebijakan Co-Payment Asuransi Kesehatan
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News