kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.501.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.722   -63,00   -0,38%
  • IDX 8.647   2,68   0,03%
  • KOMPAS100 1.194   -2,61   -0,22%
  • LQ45 847   -5,47   -0,64%
  • ISSI 309   -0,04   -0,01%
  • IDX30 437   -2,15   -0,49%
  • IDXHIDIV20 510   -4,16   -0,81%
  • IDX80 133   -0,62   -0,47%
  • IDXV30 139   0,36   0,26%
  • IDXQ30 140   -0,77   -0,54%

Prospek IHSG 2026: Konsolidasi Berlanjut, Ruang Kenaikan Terbatas


Rabu, 31 Desember 2025 / 10:13 WIB
Prospek IHSG 2026: Konsolidasi Berlanjut, Ruang Kenaikan Terbatas
ILUSTRASI. IHSG ditutup menguat tipis 2,68 poin atau 0,03% ke 8.646,93 pada akhir perdagangan tahun 2025 atau Selasa (30/12/2025).


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan menunjukkan ketahanan di akhir perdagangan tahun 2025. Memasuki awal tahun 2026, pergerakan IHSG diproyeksikan cenderung bergerak mixed dengan peluang penguatan terbatas.

Diketahui IHSG ditutup menguat tipis 2,68 poin atau 0,03% ke 8.646,93 pada akhir perdagangan tahun 2025, Selasa (30/12/2025).

Sebanyak 346 saham naik, 317 saham turun dan 146 saham stagnan. Enam indeks sektoral menguat, menopang kenaikan IHSG. Sedangkan lima indeks sektoral lainnya masuk zona merah.

Indeks sektoral dengan kenaikan terbesar adalah sektor barang konsumen siklikal yang naik 3,03%, sektor infrastruktur naik 2,04% dan sektor keuangan naik 0,97%.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Menguat ke Rp 16.730 Per Dolar AS di Hari Terakhir Perdagangan di 2025

Sedangkan indeks sektoral dengan pelemahan terdalam adalah sektor Kesehatan yang turun 1,53%, sektor barang baku turun 1,17% dan sektor teknologi yang turun 0,98%.

Secara keseluruhan, IHSG tertekan di sepanjang semester I-2025, namun berhasil bangkit pada paruh kedua tahun 2025. Bahkan, IHSG berhasil mencetak All Time High (ATH) sebanyak 24 kali. 

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor Hendra Wardana bilang, pada penutupan 2025, IHSG menunjukkan ketahanan dengan bertahan di level 8.646,94 meski penguatannya relatif terbatas. 

Pergerakan ini mencerminkan fase konsolidasi pasar setelah reli sebelumnya, di mana investor mulai lebih berhati-hati dan selektif.

"Nilai transaksi yang tidak terlalu agresif serta dominasi crossing menandakan pelaku pasar telah masuk fase menunggu, sembari mencari arah baru pada awal tahun 2026," ujarnya kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).

Memasuki pembukaan perdagangan tahun 2026 pada 2 Januari, Hendra memproyeksi IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas. 

Secara teknikal, IHSG masih berada di atas area support kuat 8.610–8.635 sehingga potensi koreksi dalam relatif terjaga. 

Baca Juga: Dari Krisis ke Rekor: IHSG Raih 24 All Time High di Tahun 2025

Namun ruang penguatan juga belum terlalu lebar karena sentimen pasar masih dalam tahap penyesuaian awal tahun. Maka, dengan kondisi tersebut, IHSG berpeluang bergerak di kisaran 8.600–8.720, dengan volatilitas yang mulai meningkat dibanding akhir 2025.

Dari sisi sentimen, Hendra menyebut terdapat beberapa faktor utama yang akan membentuk arah IHSG di awal 2026. 

Yakni rilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia akan menjadi tolok ukur awal stabilitas ekonomi domestik. 

Di sisi global, pelaku pasar masih mencermati arah kebijakan moneter Amerika Serikat, khususnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. 

Pergerakan nilai tukar rupiah yang masih berada di kisaran Rp 16.700 - Rp 16.800 per dolar AS juga membuat investor lebih selektif, terutama pada saham-saham yang sensitif terhadap kurs. 

"Berakhirnya efek window dressing turut membuat pasar awal tahun bergerak lebih rasional dan berbasis fundamental," lanjutnya.

Hendra kemudian memberikan rekomendasi kepada investor untuk mulai mencermati beberapa sektor saham untuk awal tahun. 

Pertama, sektor keuangan dan infrastruktur masih berpotensi menjadi penopang utama IHSG, seiring stabilnya suku bunga domestik dan mulai berjalannya belanja pemerintah di awal tahun. 

Baca Juga: Ini Sektor yang Jadi Penyalur Dividen Terbesar di Tahun 2025

Sementara itu, sektor komoditas akan menarik perhatian investor, terutama emas, setelah muncul proyeksi agresif dari lembaga keuangan global.

Kata Hendra, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi salah satu yang paling relevan untuk dicermati di awal perdagangan 2026. Hendra merekomendasikan Spec Buy ANTM dengan target harga Rp 3.600 per saham.

Kemudian, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) direkomendasikan beli dengan target Rp 1.780 per saham didukung oleh nilai portofolio investasi yang solid serta potensi unlocking value dari aset-aset strategis pada 2026.

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga menarik dicermati dengan rekomendasi beli dan target Rp 420 per saham, seiring rencana penawaran umum perdana Vidio pada 2026 yang berpotensi mendorong revaluasi saham. 

Terakhir, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) cocok untuk strategi Trading Buy dengan target Rp 2.100 per saham, mengandalkan karakter defensif sektor konsumsi dan potensi pemulihan daya beli secara bertahap.

 

Selanjutnya: Pengguna Triv Nikmati Diskon 15% di Semua Outlet ISMAYA

Menarik Dibaca: 23 Rekomendasi Buah Paling Sehat dan Bernutrisi untuk Dikonsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×