Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang semakin menyebar di Indonesia telah terbukti menghambat kinerja berbagai sektor industri. Namun beberapa pihak justru menilai PT Harum Energy Tbk (HRUM) tidak terkena dampak yang signifikan oleh persebaran virus corona di Indonesia.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengungkapkan, dampak virus corona bagi produsen batubara di Indonesia masih minim. Bahkan Meilki melihat produksi batubara di Indonesia masih sejalan dengan target semula.
“Emiten batubara masih melakukan produksi secara normal di tengah persebaran virus corona ini. Jadi target produksi batubara lokal yang sebesar 550 juta ton, saya lihat masih tetap bisa tercapai,” ungkap Meilki kepada Kontan.co.id, Senin (6/4).
Baca Juga: 11 emiten batubara ini mengalami penurunan laba bersih di 2019, siapa paling dalam?
Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy pun menegaskan hal yang serupa. Robertus menuturkan, dari segi produksi sejauh ini bisa berjalan normal karena lokasi produksi batubara yang ada di pedalaman Sumatra dan Kalimantan. Lokasi-lokasi tersebut masih jauh dari pusat persebaran virus corona. “Oleh sebab itu, penyebaran virus corona tidak akan berdampak banyak terhadap produksi batubara,” tutur Robertus.
Dalam catatan Kontan.co.id, HRUM pada tahun ini menargetkan produksi batubara sebanyak 4 juta ton–4,5 juta ton batubara. Target tersebut turun tipis dari target tahun lalu yang mencapai 4 juta ton–5 juta ton.
Sementara dari realisasi tahun lalu, HRUM masih mampu memenuhi target tersebut karena produksi batubaranya sedikit di atas 4 juta. Tapi, pendapatan HRUM turun 22% menjadi US$ 262,59 juta dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar US$ 336,7 juta. Laba bersih HRUM pun turun 49,9% menjadi US$ 20,12 juta dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar US$ 40,2 juta.
Baca Juga: Pasar Batubara Sepi Akibat Corona, Emiten Batubara Belum Revisi Rencana Bisnis
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyatakan HRUM sebenarnya masih cukup prospektif. Hanya saja Nafan memberikan catatan bahwa hal tersebut juga bergantung pada HRUM dalam melakukan efisiensi bisnis.
Adanya penyebaran virus corona akan meredam permintaan batubara dan berujung pada turunnya harga batubara dunia. Hal inilah yang disebut Nafan sebagai tantangan besar bagi kinerja HRUM pada tahun ini.
“Terkait target produksi batubara HRUM yang di kisaran 4 juta ton–4,5 juta ton, saya rasa masih mungkin tercapai. Tapi kembali lagi, ini bergantung dari HRUM dalam menyiasati keadaan dan melakukan efisiensi bisnis,” kata Nafan.
Baca Juga: Emiten Batubara Harum Energy Buyback Saham HRUM Setiap Hari Tanpa Henti
Maklum, salah satu imbas dari pandemi corona telah membuat konsumsi listrik di China telah berkurang seiring banyaknya pabrik-pabrik yang tidak beroperasi. Sementara China adalah salah satu negara tujuan ekspor batubara dari para perusahaan di Indonesia.
Kendati demikian, Meilki mengatakan bahwa dampak virus corona bagi ekspor, justru lebih terasa hanya pada emiten yang punya kontribusi pendapatan cukup besar dari pembelian Tiongkok.
Sementara HRUM, berdasarkan catatan Kontan.co.id, mengalokasikan porsi ekspor batubara ke China hanya sekitar 30% dari total ekspor. Selain itu, HRUM sedang berupaya mencari pasar ekspor alternatif lain, seperti Bangladesh, India, serta Vietnam.
Robertus menyebut, sentimen positif dari luar yang bisa mendongkrak kinerja HRUM pada sisa tahun ini yakni segera berakhirnya pandemi virus corona. “Sentimen positif tentu bisa datang kalau operasional pabrik sudah kembali dibuka, dan konsumsi listrik ikut meningkat,” jelas Robertus.
Baca Juga: Penurunan konsumsi listrik China belum berdampak pada ekspor Harum Energy (HRUM)
Nafan merekomendasikan untuk hold HRUM dengan target harga di level Rp 1.465. Sementara analis Ciptadana Sekuritas dalam risetnya juga merekomendasikan hold HRUM dengan target harga Rp 1.230. Senin (6/4), harga saham HRUM naik 1,10% ke Rp 1.375 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News