Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Produksi yang tinggi jadi penyebab harga gas alam belum mampu tinggalkan tren bearish. Mengutip Bloomberg, Rabu (3/2) pukul 14.50 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Mercantile Exchange melesat 1,48% ke level US$ 2,05 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga sudah terkikis 4,65%.
Menurut Bob Yawger, Direktur Divisi Futures di Mizuho Securities USA Inc seperti dikutip dari Bloomberg Rabu (3/2), harga gas alam masih membutuhkan cuaca yang dingin untuk mampu menyedot stok yang ada. Pasalnya produksi gas alam tergolong masih cukup tinggi. Produksi gas AS mencapai level tertingginya dalam lima tahun beruntun pada tahun 2015 lalu.
"Data cadangan gas alam AS pekan ini akan jadi acuan. Jika memberikan tanda positif ke arah stok yang tinggi maka harga masih akan bearish," kata Bob.
Dijadwalkan Energy Information Administration (EIA) akan merilis data cadangan gas alam AS mingguan pada Kamis (4/2) mendatang. Diprediksi penurunan cadangan lebih kecil dari sebelumnya di level minus 211 juta kaki kubik yakni hanya minus 170 juta kaki kubik.
"Belum lagi dengan penurunan harga minyak yang signifikan, pelaku pasar jelas lebih memilih menggunakan minyak daripada gas alam," tutur Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka.
Analis lainnya, John Kilduff, a partner at Again Capital LCC di New York seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/2) mengatakan penurunan produksi gas alam yang nyata dan dirasakan di pasar akan jadi pengangkat bagi harga. Namun selama itu belum terjadi maka harga gas alam masih akan dalam tekanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News