kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Prospek emiten ritel masih cerah


Senin, 26 September 2016 / 13:16 WIB
Prospek emiten ritel masih cerah


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Analis menilai prospek industri ritel sampai akhir tahun masih tetap positif seiring dengan perbaikan ekonomi dan perubahan pola konsumen berbelanja ke toko-toko modern. Perkembangan internet juga menjadi pendorong pertumbuhan sektor ritel.

Analis Millenium Danatama Sekuritas Muhammad Al Amin mencermati, laporan keuangan semester pertama emiten sektor ritel rata-rata cukup bagus. Pertumbuhan penjualan musiman tampak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. "Sehingga, ke depannya sektor ritel masih positif," kata Amin kepada KONTAN, Jumat (23/09).

Namun, data penjualan ritel pada Juli 2016 turun 6,7% dibandingkan Juli tahun lalu. Hal tersebut disebabkan majunya perayaan Hari Raya Idul Fitri sehingga puncak penjualan ada di bulan Juni. Indeks kepercayaan konsumen bulan Agustus juga turun 80 basis poin ke level 113 dibanding bulan sebelumnya 114.

Hal ini disebabkan oleh faktor pertengahan tahun dan Hari Raya Idul Fitri yang telah berakhir, serta gaji pegawai yang kembali normal. Meski begitu, para pakar industri menghitung penjualan naik 14,6% pada Agustus 2016 dibanding Agustus tahun lalu.

Faktor pendukungnya adalah inflasi rendah dan outlook ekonomi membaik. Hingga akhir tahun, diharapkan penjualan terus meningkat.

Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya melihat, prospek emiten ritel, khususnya yang menjajakan kebutuhan pangan, masih memiliki prospek yang bagus. Maklum, produk-produk tersebut dibutuhkan orang banyak. Karena itu, analis menilai saham seperti RALS, MAPI, dan LPPF memiliki prospek menarik.

Menurut William, prospek industri ritel cerah karena nilai tukar rupiah cukup stabil. Selain itu, daya beli masyarakat berangsur membaik. Pendapat Amin tak jauh beda.

Ia menyukai PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang adalah market leader di sektor ritel, khususnya kebutuhan sandang. Tahun lalu saja pangsa pasar LPPF 42,8%. Prospek LPPF tahun ini masih positif.

Tantangan sektor ritel

Cuma, emiten menghadapi persaingan yang ketat. Para emiten beramai-ramai ekspansi ke luar Pulau Jawa untuk menggenjot penjualan. Misal LPPF yang membuka empat gerai baru tahun ini. Emiten ini juga membentuk bisnis e-commerce.

Sampai akhir tahun, Amin memperkirakan LPPF bisa meraih pendapatan Rp 10,85 triliun dan laba bersih Rp 2,64 triliun. Frederik Rasali, analis Panin Sekuritas, melihat, peluang dan tantangan emiten ritel tahun ini adalah belanja konsumen.

Banyaknya retail channel yang membantu penjualan, yakni e-channel atau e-commerce, memberikan sentimen positif. "Bila perusahaan memiliki strategi masuk ke pasar tersebut, perusahaan dapat meningkatkan penjualan tanpa harus ekspansi gerai dengan ongkos bulanan yang relatif tinggi," ujar Frederik.

Tapi, membangun e-channel juga tidak murah. Frederik memberi contoh mataharimall.com yang mampu menjadi perpanjangan tangan dan mendongkrak penjualan LPPF. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga mencoba membuat segmentasi baru untuk mendiversifikasi risiko penjualan. Awalnya RALS hanya bergantung pada konsumen segmen menengah bawah.

Kini, melalui SPAR, RALS mampu menggenjot penjualan level menengah atas. "Namun kalau berbicara penjualan ritel, itu bergantung kondisi ekonomi daerah gerainya," jelas Frederik.

Frederik menyukai LPPF dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). LPPF memiliki sistem pemasaran yang menarik dan dapat mendorong penjualan hingga double digit. Lalu saham MAPI disukai karena kurs dollar AS yang mulai stabil, sehingga margin lebih terjaga.

Perkembangan divisi makanan MAPI juga pesat. MAPI juga membuka gerai di Vietnam. Tapi, menurut Frederik, pengaruhnya tidak signifikan bagi kinerja. Alasannya, perusahaan ini masih membutuhkan biaya besar guna membangun infrastruktur di wilayah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×