Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy punya catatan serupa. Kompetensi dan profesionalitas manajeman menjadi isu penting yang mesti diperhatikan. Apalagi di tengah persepsi maraknya "titipan" yang bersifat politis.
BUMN memang memiliki fungsi sebagai agen pemerataan dan pertumbuhan, sehingga sering menjalankan penugasan dari pemerintah. Namun Budi mengingatkan hal itu tidak boleh mengesampingkan aspek Good Corporate Governance (GCG), apalagi untuk perusahaan terbuka yang punya tanggung jawab terhadap investor publik.
"Dari segi GCG dan profesionalitas manajemen perlu dipikirkan untuk tidak melakukan titipan. Tetapi mereka yang bisa menjalankan fungsi eksekutif dan pengawasan yang tidak bisa diinterupsi. Sebagai perusahaan publik, itu nomor satu agar reputasi dan investor percaya," tegas Budi.
Baca Juga: Menyaring Saham Lapis Kedua & Lapis Ketiga Saat Blue Chip dan IHSG Jeblok
Sejauh ini, Budi menilai emiten perbankan BUMN dikelola secara lebih profesional dibandingkan sektor lainnya. Sementara dari sisi kinerja, Teguh melihat bahwa emiten big bank BUMN masih punya prospek yang apik ketimbang emiten plat merah lainnya.
Prospek kinerja big bank BUMN, yakni BBRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan BBNI masih terjaga lantaran ditopang oleh penguasaan pasar yang signifikan. "Jadi wajar kalau kinerja mereka cukup bagus selama ekonomi tidak terkena masalah serius," ujar Teguh.
Di samping emiten bank, Teguh melirik PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Hanya saja, kinerja PTBA akan sangat sensitif terhadap harga komoditas batubara yang saat ini belum memanas lagi. Sedangkan di ANTM dan TINS, Teguh menyoroti soal efisiensi dalam tata kelola dan produksi.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora sepakat, di antara saham emiten BUMN, hanya saham perbankan yang menunjukkan prospek paling apik. Apalagi secara teknikal, saham big bank sudah menunjukkan sinyal reversal dan investor mulai beralih ke posisi beli.
"Saham perbankan big caps BUMN paling aman untuk saat ini di bandingkan emiten-emiten BUMN di sektor yang lainnya," kata Andhika.
Baca Juga: Menakar Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya dari Proyek IKN
Andhika pun menilai saham BBRI dan BBNI menarik untuk dikoleksi dengan strategi buy on weakness. Target harga masing-masing berada di level Rp 5.200 dan Rp 5.000.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menyarankan buy on weakness saham BBRI (target Rp 4.680 - Rp 4.750) dan BBNI (target Rp 4.470 - Rp 4.800). Kemudian, trading buy saham ANTM (target Rp 1.300 - Rp 1.360) dan PGAS dengan target harga Rp 1.550 - Rp 1.570 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News