kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek Bukit Asam mengungguli BUMI


Senin, 19 Februari 2018 / 20:46 WIB
Prospek Bukit Asam mengungguli BUMI
ILUSTRASI. Tambang Batubara Bukit Asam


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) boleh jadi pemenang dari segi potensi cadangan batubara. Namun, belum tentu semua cadangan batubara tersebut bisa langsung terjual. Jika mengacu pada hal ini, justru PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang paling prospektif, mengingat emiten pelat merah itu memiliki cadangan terbukti paling besar di antara emiten sejenis.

BUMI memiliki total cadangan sekitar 14 miliar ton batubara atau senilai US$ 1,3 triliun jika menggunakan asumsi harga batubara US$ 90 per ton. Sebesar 2,4 miliar ton merupakan cadangan terbukti yang siap jual.

Sementara, PTBA memiliki cadangan 11,5 miliar ton atau setara sekitar US$ 1,03 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar 3,33 miliar merupakan cadangan terbukti.

Dengan cadangan terbukti yang lebih besar, potensi pendapatan perusahaan menjadi lebih aman. "Valuasi PTBA juga relatif masih murah," ujar Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, Senin (19/2).

Price earning ratio (PER) PTBA sebesar 9,33 kali. Sedangkan, rata-rata PER industrinya sebesar 13,76 kali. Satu hal yang menjadi nilai lebih untuk PTBA, menurut Frederik, perusahaan jarang absen membagikan dividen.

Pilihan kedua bisa jatuh kepada PT Indika Energy Tbk (INDY). Valuasi perusahaan memang cukup mahal, PER sebesar 15,52 kali. Tapi, INDY baru saja menuntaskan akuisisi PT Kideco Jaya Agung. Setelah akuisisi tersebut, produksi INDY akan meningkat 6% menjadi 34 juta ton pada tahun ini. "Namun dengan peningkatan output, laba dapat meningkat dan menekan PER," papar Frederik.

Ke depan, prospek sektor batubara secara umum masih akan digerakan oleh sentimen permintaan yang juga akan mengerek harga komoditas tersebut. Hal ini tentu menjadi sentimen positif. Namun, sentimen positif itu akan menjadi lebih maksimal jika emiten memiliki integrasi bisnis yang kuat.

"Integrasi bisnis bisa menjadi fokus kualitas pendapatan emiten," pungkas Frederik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×