Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski berbalut sentimen negatif, harga aluminium masih mampu melaju naik.
Mengutip Bloomberg, Senin (18/4) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terbang 0,96% ke level US$ 1.570 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah melesat 2,41% dalam sepekan terakhir.
Pemaparan Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka dukungan dari data ekonomi China yang lebih baik sejak akhir pekan lalu masih jadi senjata bagi harga logam industri -termasuk aluminium- untuk melesat. Teranyar, laporan aktivitas properti di China yang menggeliat ikut menambah kekuatan bagi harga.
Harga rumah baru di China Maret 2016 naik di 62 kota dari 70 kota yang ada. Angka ini jauh meningkat dari bulan Februari 2016 lalu yang mana harga rumah hanya naik di 47 kota. Kenaikan harga rumah di China ini dipimpin oleh kota-kota besar utama seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen.
Ini membuat rata-rata harga rumah di China naik 0,85% melanjutkan kenaikan pada Februari 2016 sebesar 0,38%. “Kalau ada kenaikan harga rumah, artinya terjadi arah pemulihan aktivitas industri. Apalagi aluminium memang banyak digunakan pada industri properti sebagai bahan dasar,” jelas Ibrahim.
“Untuk sampai kuartal dua ini trennya positif, bisa sentuh level US$ 1.700 per metrik ton,” ramal Ibrahim.
Ketika permintaan naik, index USD pun tengah koreksi. Hingga pukul 15.35 WIB index USD masih tergelincir 0,09% ke level 94,40. Tentunya ini mendukung kenaikan harga komoditas yang dijual dengan USD. Pelaku pasar pun memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk berburu komoditas termasuk aluminium.
"Waspadai koreksi teknikal dari aksi profit taking," analisa Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News