kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen polyester tersokong jika harga PTA turun


Minggu, 10 September 2017 / 22:01 WIB
Produsen polyester tersokong jika harga PTA turun


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Harga purified terephthalic acid (PTA) yang merupakan bahan baku polyester sebagai serat sintetis diperkirakan naik. PTA sangat dibutuhkan sebagai substitusi komoditas kapas atau serat alami. Bagaimana efek kenaikan harga PTA terhadap kinerja produsen polyester seperti PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG), PT Asia Pacific Fibers (POLY) dan PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR)?

Beberapa sentimen mempengaruhi harga PTA. Di kawasan Asia, pada kuartal 3-2017, diprediksi harga menguat lantaran pasokan yang ketat serta adanya kenaikan harga minyak dunia. Fluktuasi harga PTA tak bisa terlepas dari pergerakan harga minyak dunia. Selain itu, produsen PTA di Tiongkok juga mengurangi pasokan karena tengah melakukan perawatan berkala terhadap pabrik utama.

Namun, akhir Juni 2017, harga PTA sempat turun ke posisi US$ 606 - US$ 613 per ton, dari posisi tertinggi pada Februari-Maret di level US$ 700 per ton.

Bertonio Rio, Senior Analyst Research Division Anugrah Securindo Indah menyatakan, jika terjadi penurunan harga PTA akan berdampak positif bagi emiten, yakni mengurangi beban bahan baku, sehingga bisa meningkatkan laba usaha. 

"Penurunan bahan baku bisa menurunkan biaya penjualan sekitar 20% dari jumlah beban penjualan," kata Rio kepada KONTAN, Jumat (8/9).

Rio mencermati pertumbuhan pendapatan emiten ADMG, POLY dan INDR secara kuartal per kuartal (QoQ). Sejak awal tahun hingga semester 1-2017, pertumbuhan kinerja masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Sedangkan secara year on year (YoY) pendapatan bahkan turun tajam.

"Turunnya pendapatan seiring masih tingginya beban fix dibandingkan beban variabel penjualan sehingga memberatkan laba usaha," papar Bertonio.

Secara teknikal, Rio mencermati saham ADMG dalam dua bulan terakhir terjun dari Rp 306 ke Rp 175. Namun dengan nilai transaksi perdagangan ramai. Sementara POLY sepanjang 2017 mencapai level tertinggi di Rp 96, dan saat ini berada pada level Rp 59, dengan transaksi cukup ramai.

Sedangkan INDR meski mencatatkan kinerja positif, namun pergerakan sahamnya sepi, sehingga tidak likuid. Saat ini, PE ADMG sebesar -6,86x, sementara POLY sebesar -0,62x, dan INDR sebesar 27,97x.

"INDR memang lebih bagus dari yang lain karena laba terakhir positif, sedangkan yang lain masih minus pakai buku 2016," kata Rio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×