kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,50   -2,04   -0.23%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi CPO melejit, pendapatan AALI naik


Rabu, 23 November 2016 / 07:28 WIB
Produksi CPO melejit, pendapatan AALI naik


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) milik PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bakal membaik di tahun 2017. Hal tersebut didorong pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) yang dimiliki anak usaha Astra Grup ini.

Analis UOB Kay Hian Yasmin Soulisa memperkirakan, produksi TBS AALI terbang 22% dari capaian tahun ini sebesar 4,74 juta ton. Artinya tahun depan, produksi AALI bisa mencapai 5,78 juta ton.

“Produksi TBS AALI melonjak 38% dibanding bulan sebelumnya jadi 514.300 ton pada September 2016. Produksi CPO melesat 33% ketimbang Agustus 2016,” jelas Yasmin.

Memang secara historis, puncak panen terjadi pada kuartal III hingga kuartal IV. Karena itu, Yasmin yakin volume produksi AALI terus naik setidaknya dua bulan mendatang.

Sentimen positif bertambah dari harga CPO yang diprediksi tumbuh 4% tahun depan. Dengan demikian, Yasmin optimistis AALI akan membukukan laba bersih Rp 1,9 triliun, atau naik 27% dibanding pencapaian akhir 2016.

Serupa, Analis MNC Securities Yosua Zisokhi memprediksi produksi TBS AALI akan naik tahun depan. Tapi hanya terbatas di kisaran 530.000 ton. Penyebabnya, kualitas tanaman tidak bisa digenjot terlalu tinggi.

Kebutuhan CPO dalam negeri tahun depan juga diperkirakan kembali naik. Ini membuat AALI harus membeli TBS dari pasar untuk menjaga penjualan. “Misalnya harga CPO turun, AALI bisa menggenjot pembelian TBS, walaupun margin sedikit tetapi tetap bisa menjaga penjualan,” kata Yosua, Selasa (22/11).

Dalam jangka pendek, permintaan dari China dan India masih akan menopang harga CPO dunia. Tapi selepas kuartal I-2017, suplai mulai mengalir dan membuat harga turun. Yosua memprediksi, harga CPO tahun depan di RM 2.400–RM 2.800 per metrik ton.

Terbantu kurs rupiah

Meski penjualan diperkirakan cenderung terbatas, tetapi menurut Yosua, secara bottom line AALI akan tertolong fundamental ekonomi domestik, yakni nilai tukar rupiah yang stabil di kisaran 13.000 serta tingkat inflasi yang mini.

Penguatan rupiah akan membuat beban akibat rugi kurs berkurang. Ia memprediksi, net income AALI 2017 tumbuh 10%. Sementara pendapatan perseroan terkerek 12%.

Analis Ciptadana Securities Edward Lowis berpendapat, neraca AALI juga akan lebih sehat setelah menerima dana hasil rights issue sekitar Rp 4 triliun. Rasio utang emiten perkebunan ini juga turun.

Saat ini, debt to equity ratio (DER) AALI sebesar 0,21 kali, turun dari 0,63 kali di awal tahun 2016. “Dengan perubahan tersebut, AALI tidak akan terlalu terpengaruh fluktuasi nilai tukar ke depannya. Utang yang mengecil akan berpengaruh kepada biaya keuangan yang lebih mini sehingga memungkinkan AALI untuk mempercepat program deleveraging,” papar Edward.

Yasmin merekomendasikan buy AALI dengan target harga Rp 18.900 per saham. Sementara Yosua memberi rekomendasi overweight AALI dengan target harga Rp 18.000 per saham.

Adapun Edward dan analis Sinarmas Sekuritas Wilbert merekomendasikan buy AALI dengan target harga masing-masing Rp 18.100 dan Rp 17.800 per saham. Kemarin (22/11), harga AALI ditutup di Rp 15.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×