Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah diprediksi belum berdampak signifikan bagi prospek reksadana dolar Amerika Serikat (AS). Namun, pelaku pasar masih berharap, tahun ini kinerja reksadana berbasis the greenback ini akan tumbuh positif.
Sebagaimana diketahui, terdapat dua jenis reksadana dolar AS, yakni konvensional dan syariah. Untuk produk reksadana dolar AS konvensional, investasinya akan ditempatkan pada aset-aset yang ada di Indonesia. Sedangkan untuk reksadana syariah global fund umumnya akan ditempatkan di luar negeri.
Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto menjelaskan, untuk reksadana syariah global fund pada dasarnya tidak mendapat pengaruh dari pergerakan nilai tukar rupiah. Ini karena, aset dasar yang dimiliki produk tersebut berupa dolar AS.
"Yang Indonesia-pun kalau bentuknya reksadana pasar uang dan pendapatan tetap, isinya semua obligasi USD oleh perusahaan atau pemerintah dan deposito sehingga tidak ada pengaruh," jelas Rudiyanto, Rabu (19/2).
Baca Juga: Penguatan rupiah awet, begini prospek reksadana dolar AS
Untuk reksadana campuran dolar AS dan saham dolar AS yang diinvestasikan di Tanah Air, Rudiyanto mengungkapkan bahwa produk tersebut akan terpengaruh jika mata uang Garuda menguat Mengingat, aset dasar dari produk tersebut pada dasarnya adalah saham dalam mata uang rupiah.
Dengan begitu, penguatan nilai tukar rupiah cenderung memberi berdampak positif terhadap kinerja reksadana karena waktu perhitungan nilai aktiva bersih (NAB), aset dasar dalam bentuk saham rupiah, kemudian dikonversikan ke dolar AS.
Alhasil, penguatan rupiah akan menyebabkan adanya kenaikan harga, yang mana hal sebaliknya juga akan terjadi ketika rupiah melemah. "Di Panin AM hanya ada reksadana campuran USD saja," ujarnya.
Asal tahu saja, sepanjang tahun ini, rupiah tercatat menguat 1,23%. Mengingat pada Rabu (19/2), rupiah di tutup di level Rp 13.695 per dolar AS.
Rudiyanto menambahkan, porsi obligasi dolar AS masih akan bagus ke depan. Ini karena, kebijakan suku bunga rendah dan likuiditas longgar masih akan berlangsung karena masih adanya ketidakpastian.
Sedangkan untuk porsi saham, dia memperkirakan akan terjadi fluktuasi harga seperti yang sudah terjadi belakangan ini. Namun, ke depan diharapkan efek wabah virus corona mereda, sehingga akan mendorong kenaikan.
Untuk PAM sendiri, tahun ini akan fokus pada saham dengan fundamental bagus dan valuasi murah. Apalagi, dengan melihat tren sepekan terakhir, sudah mulai ada kenaikan dan diharapkan bisa berlangsung terus hingga akhir tahun.
Baca Juga: Investor mengaduk portofolio, rekor penawaran pada lelang SUN diprediksi berakhir
Adapun untuk bobot saham dalam portofolio reksadana campuran tidak besar, karena hanya dibuat maksimal 20% dan saat ini pun hanya sekitar 13%. Sedangkan sisanya di tempatkan pada obligasi dan deposito.
Rudiyanto bilang, kinerja reksadana dolar AS pada tahun lalu mampu memberikan return hingga 11,54%, ditopang oleh penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve yang cukup agresif.
Nah, untuk untuk tahun ini, dia memperkirakan imbal hasil dari reksadana dolar AS hanya di kisaran 3% hingga 5%. "Ini karena suku bunga The Fed bisa turun walau tidak seagresif tahun lalu," kata dia. Hingga Selasa (18/2), kinerja reksadana dolar AS milik PAM sudah mencatatkan kenaikan 0,55%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News