CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Investor mengaduk portofolio, rekor penawaran pada lelang SUN diprediksi berakhir


Selasa, 18 Februari 2020 / 22:56 WIB
Investor mengaduk portofolio, rekor penawaran pada lelang SUN diprediksi berakhir
ILUSTRASI. Staf treasury memperhatikan lelang Surat Utang Negara (SUN) di Dealing Room Bank Rakyat Indonesia, Selasa (10/9). Sentimen negatif akan berkurang bulan depan sehingga investor melirik lagi aset berisiko.


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terus mencetak rekor penawaran tertinggi pada lelang surat utang negara (SUN), instrumen pendapatan tetap ini diprediksi akan berkurang gairahnya pada bulan Maret nanti. Sebagai informasi, penawaran investor pada lelang SUN hari ini, Selasa (18/2) mencapai Rp 127,11 triliun.

Penawaran ini adalah rekor tertinggi pada lelang SUN. Pada lelang SUN 21 Januari lalu pemerintah berhasil mengantongi penawaran Rp 94,97 triliun. Pada lelang SUN tanggal 4 Februari penawaran mencapai Rp 96,90 triliun.

Head of Economic and Research UOB Enrico Tanuwidjaja menilai, di bulan Maret jumlah penawaran terhadap SUN akan berkurang sehingga rekor penawaran tertinggi tidak akan dilampaui lagi. “Saat ini sudah cukup baik, di bulan Maret investor akan lebih balance dalam menyusun portofolio sehingga penawaran tidak akan lebih tinggi lagi,” kata Enrico pada Kontan.co.id Selasa (18/2).

Baca Juga: Investor memburu SUN tenor pendek dan menengah pada lelang hari ini

Saat ini permintaan terhadap SUN memang didorong oleh ketidakpastian ekonomi global. Wabah virus corona (Covid-19) yang menyerang China membuat roda perekonomian global melambat. Bahkan, beberapa negara terancam resesi jika wabah virus corona ini tidak dapat diatasi dalam jangka waktu dekat.

Enrico yakin, pada bulan Maret sentimen negatif dari virus corona akan berangsur berkurang. Beberapa negara juga telah menggelontorkan stimulus untuk terus menggerakkan perekonomian domestik. Alhasil, Enrico yakin investor akan beralih lagi ke aset berisiko seperti saham.

Setali tiga uang, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto juga mengatakan penawaran terhadap SUN akan mulai berkurang di bulan Maret. “Di Maret akan mulai turun melihat faktor internal dan eksternal yang mulai membaik,” terang dia.

Baca Juga: Dianggap lebih aman, pasar SUN makin bergairah

Permasalahan di pasar saham yang terus diantisipasi oleh otoritas keuangan Indonesia juga menjadi stimulus pembangkit kepercayaan masyarakat terhadap produk investasi saham. Apabila kasus yang menyeret reksadana saham berangsur selesai, mungkin masyarakat akan kembali bertransaksi di saham. Alhasil, akan ada perpindahan portofolio investasi dari obligasi ke saham.

“Portofolio investor sudah mulai terisi. Ada potensi dana asing di surat berharga negara (SBN) juga keluar di bulan Februari. Namun yield kita relatif bertahan cenderung menguat,” pungkas Ramdhan.

Yield obligasi merupakan salah satu indikator ekspektasi terhadap arah perekonomian. Sebab, yield obligasi merupakan gambaran ekspektasi suku bunga ke depan. Ketika yield obligasi naik maka tandanya suku bunga berpotensi naik. Ketika suku bunga naik, artinya ada potensi tekanan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×