Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten ramai menggelar private placement maupun rights issue pada awal tahun 2025. Aksi penambahan modal ini bertujuan untuk merestrukturisasi utang hingga menghimpun dana sebagai modal ekspansi.
Contohnya ada PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang menggelar Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement. DEWA telah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (13/2).
Dalam aksi ini, DEWA akan menerbitkan sebanyak 18,83 miliar saham baru Seri B. Jumlah saham tersebut diterbitkan untuk mengonversi total utang DEWA kepada PT Madhani Talatah Nusantara sebesar Rp 756,99 miliar, PT Andhesti Tungkas Pratama Rp 358,92 miliar dan PT Antareja Mahada Makmur sebesar Rp 296,61 miliar.
Total nilai dari private placement DEWA mencapai Rp 1,41 triliun. Pelaksanaan private placement akan menurunkan nilai utang DEWA dari Rp 4,35 triliun per September 2024 menjadi Rp 2,94 triliun.
Baca Juga: Utang DEWA Susut dan Ekuitas Tumbuh Triliunan Rupiah Usai Private Placement Rp 1,41 T
Direktur & Corporate Secretary Darma Henwa, Ahmad Hilyadi mengungkapkan, aksi ini merupakan strategi untuk mengoptimalisasi kinerja keuangan DEWA.
"Penyelesaian kewajiban akan memperkuat struktur permodalan Perseroan dengan rasio utang terhadap ekuitas yang menurun," kata Ahmad lewat keterangan tertulis, Kamis (13/2).
Emiten lain yang menggelar private placement adalah PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ). Emiten pemilik jaringan Mayapada Hospital ini segera melaksanakan private placement dengan menerbitkan saham baru sebanyak 238,25 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Private placement SRAJ dilakukan dengan harga pelaksanaan Rp 2.200 per saham. Seluruh saham baru akan diambil bagian oleh BCSS Maverick A (I), LP. Pencatatan saham baru di Bursa Efek Indonesia dijadwalkan pada 27 Februari 2025.
Selain private placement, sejumlah emiten bersiap melaksanakan Penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Di antaranya PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), yang berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 12 miliar saham baru.
GGRP akan menggunakan dana hasil rights issue untuk pengembangan bisnis baja rendah karbon, termasuk pembelian atas mesin-mesin dan peralatan dengan teknologi terbaru. GGRP akan meminta persetujuan RUPSLB yang dijadwalkan pada 24 Maret 2025.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) juga akan menggelar rights issue, dengan menerbitkan hingga 3,6 miliar saham baru. Dana yang terhimpun nantinya akan dipakai BUVA untuk pembiayaan proyek, pertumbuhan inorganik dan melunasi kewajiban. RUPSLB akan digelar pada 24 Maret 2024.
Selanjutnya ada PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM) yang menawarkan sebanyak 1,68 miliar saham baru. Dengan kisaran harga pelaksanaan Rp 300 hingga Rp 320 per saham, HATM akan mengantongi dana segar sekitar Rp 504 miliar hingga Rp 537,6 miliar. Cum-HMETD di pasar reguler dan pasar negosiasi berlangsung pada 15 April 2025.
Catatan dan Rekomendasi Analis
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengamati aksi private placement mapun rights issue yang cukup ramai pada awal 2025 mencerminkan upaya emiten untuk memperkuat struktur keuangan. Aksi korporasi ini ditujukan untuk ekspansi bisnis maupun restrukturisasi utang.
"Dalam kondisi pasar yang masih volatile, strategi ini bisa menjadi langkah yang positif bagi emiten. Terutama bagi yang membutuhkan tambahan likuiditas untuk mempercepat pertumbuhan bisnis atau mengurangi beban utang," kata Ekky kepada Kontan.co.id, Selasa (17/2).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengingatkan agar pelaku pasar mencermati tujuan penggunaan dana dan rencana bisnis emiten pasca menggelar private placement maupun rights issue. Pada umumnya, penggunaan dana untuk keperluan ekspansi akan lebih mendapat respons positif dari pasar.
Meski begitu, Sukarno melihat bahwa penggunaan dana untuk ekspansi maupun restrukturisasi utang pada akhirnya akan membawa dampak positif. Hal ini akan membuat emiten berpotensi memperbaiki kinerja dalam jangka panjang.
Baca Juga: Sejahteraraya (SRAJ) Bakal Private Placement, Terbitkan 238 Juta Saham Baru
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, rencana penggunaan dana dan strategi emiten menjadi faktor penting. Dari sini, investor bisa mengukur seberapa signifikan dampak dari private placement maupun rights issue bagi prospek kinerja emiten ke depan.
Dalam rights issue, Nico mengingatkan bahwa harga pelaksanaan dalam penerbitan saham baru juga menjadi faktor yang akan menentukan respons investor. Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menimpali, respons pelaku pasar tampak masih selektif terhadap penebusan rights issue.
Di tengah volatilitas pasar saham saat ini, Iqbal menaksir investor akan lebih selektif dalam mengukur fundamental emiten serta kejelasan penggunaan dana dari rights issue.
"Namun biasanya investor terpacu membeli saham tersebut untuk menjaga porsi kepemilikannya," ujar Iqbal.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Imam Gunadi menambahkan, dampak private placement maupun rights issue terhadap pergerakan harga saham akan tergantung dari berbagai faktor. Mulai dari potensi ekspansi dan perbaikan profitabilitas hingga faktor likuiditas pada saham tersebut.
Imam menyoroti DEWA yang mengalami kenaikan harga di tengah aksi konversi utang melalui private placement.
"Meskipun untuk konversi utang, tapi hal ini dapat mengurangi beban keuangan perusahaan secara signifikan," ungkap Imam.
Di antara saham yang menggelar private placement maupun rights issue, Imam menjagokan saham DEWA. Imam menyarankan strategi buy on pullback pada area Rp 117 - Rp 123 untuk target harga Rp 145, dan stoploss jika merosot ke level Rp 116 per saham.
Nico dan Ekky juga melirik saham DEWA. Ekky memprediksi harga DEWA bisa menyentuh target Rp 150. Sedangkan Sukarno menyarankan trading buy saham HATM untuk target harga Rp 274 - Rp 282 dengan mencermati support di Rp 240 per saham.
Selanjutnya: Trisula Textile Industries (BELL) Siapkan Strategi Ini Hadapi Persaingan Bisnis 2025
Menarik Dibaca: Tips Aman Lakukan Pembayaran via QRIS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News