Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap rupiah masih belum mengendur. Dus, kurs rupiah diperkirakan masih akan tertekan menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (8/7).
Kamis (7/7), di pasar spot, rupiah melemah 0,02% ke Rp 15.001 per dolar AS. Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah menguat 0,19% ke level Rp 14.986 per dolar AS.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, pergerakan rupiah masih akan tertekan indeks dolar AS yang menguat.
"Sentimennya masih dari eksternal yaitu menguatnya dolar AS akibat kenaikan suku bunga agresif The Fed dan kekhawatiran resesi," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (7/7).
Baca Juga: Ada Penerbitan Global Bond, Cadangan Devisa Juni 2022 Naik Menjadi US$ 136,4 Miliar
Risalah pertemuan The Fed yang dirilis tadi malam kembali menegaskan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi.
"Pernyataan The Fed cenderung lebih hawkish dari perkiraan dengan memberi kenaikan 75 basis poin pada pertemuan FOMC berikutnya tanggal 28 Juli," kata Lukman.
Dari domestik, kenaikan pada cadangan devisa cukup melegakan dan mendukung rupiah.
Sementara, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri melihat, pelaku pasar masih wait and see menjelang pertemuan FOMC pada 28 Juli 2022 mendatang. Selama itu, volatilitas pasar diperkirakan akan tinggi sehingga rupiah masih rawan terkoreksi.
"Kebijakan The Fed yang semakin hawkish diperkirakan akan berlanjut merespons tingginya inflasi AS di tengah bayangan resesi ekonomi AS," ujar Reny.
Reny mengatakan dari domestik, capital outflow yang berlanjut masih menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Lukman memproyeksikan, kurs rupiah pada Jumat (8/7) akan berada di rentang Rp 14.950 per dolar AS- Rp 15.100 per dolar AS.
Sedangkan, Reny memperkirakan, rupiah akan bergerak dikisaran Rp 14.975 - Rp 15.054 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Lewat Rp 15.000 Per Dollar AS, Apa Indonesia Krisis? Ini Kata Menteri Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News