Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Namun sekarang, Toto membagi tujuan investasinya menjadi dua, yakni untuk jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka panjang, Toto menaruh pilihan pada perusahaan yang memiliki fundamental kuat, seperti perbankan pelat merah.
Sedangkan untuk trading, pria yang hobi bermain dengan komputer ini rajin memantau platform trading seperti Yahoo Finance.
Sebab, dengan data interim yang disajikan, para trader bisa mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membeli dan kapan waktu yang tepat ambil untung.
Baca Juga: Indocement (INTP) belum mau buy back saham, ini alasannya
Namun, bukan berarti perjalanan investasi Toto selalu mulus. Ia pernah gagal. Ketika krisis moneter tahun 1998, ada gonjang-ganjing likuidasi perbankan.
Salah satunya yang dikabarkan kena likuidasi adalah BDMN. Toto melepas saham BDMN dan beralih ke saham Bank Tiara. Tapi ternyata pemerintah justru melikudiasi Bank Tiara.
Saat ini, Toto belum kepikiran melakukan diversifikasi aset ke instrumen investasi lain, baik obligasi maupun reksadana.
Menurut dia, saham lebih mudah untuk dicairkan alias lebih likuid. Selain itu, berinvestasi saham lebih menantang, sebab membutuhkan analisis mendalam terkait nilai fundamental.
Apalagi saat ini untuk memantau kinerja dan informasi perusahaan jauh lebih mudah. "Kalau dulu saya belajar dengan teman di sekuritas," ujar Toto.
Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) akan impor 100 ribu unit alat tes virus corona
Toto juga selalu menggunakan dana dingin atau dana menganggur yang dialokasikan untuk berinvestasi.