Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menurunkan peringkat nasional jangka panjang PT PP Properti Tbk (PPRO) dari BBB- menjadi CCC.
Fitch menyebutkan, penurunan peringkat PPRO tersebut mencerminkan kondisi likuiditas yang lemah, yang dapat menyebabkan kenaikan risiko refinancing khususnya untuk surat utang yang jatuh tempo sebesar Rp 1,23 triliun antara Agustus 2020 hingga November 2020.
Surat utang yang tersebut antara lain MTN VI Tahun 2017 senilai Rp 287 miliar dengan bunga 10% yang jatuh tempo pada 30 Agustus 2020, MTN VII Tahun 2017 seri A Rp 250 miliar bunga 10% yang jatuh tempo pada 20 September 2020, dan MTN IX Tahun 2017 senilai Rp 213 miliar dengan bunga 9,75% yang jatuh tempo pada 20 November 2020.
Direktur Keuangan PP Properti Mustarno mengatakan, PPRO saat ini masih memiliki kelonggaran menarik fasilitas perbankan yang masih tersedia sebesar Rp 751 miliar. Di sisi lain, PPRO juga tengah dalam proses penerbitan instrumen pendanaan MTN senilai Rp 850 miliar, yang ditargetkan bisa terbit awal Oktober 2020. Saat ini proses penerbitan MTN sedang dalam proses pendaftaran ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Sehingga pembayaran atas kewajiban keuangan akan kami penuhi sesuai jatuh temponya," jelas Mustarno kepada Kontan.co.id, Senin (17/8).
Baca Juga: Peringkat dipangkas, begini rekomendasi untuk saham PPRO, APLN, dan ASRI
PP Properti juga akan melakukan divestasi atas mal dan kepemilikan saham di anak perusahaan. Dari divestasi ini PP Properti membidik dana sekitar Rp 1,4 triliun. Targetnya, divestasi ini bisa terlaksana di kuartal IV-2020.
Lebih lanjut, PPRO juga tengah dalam proses dengan beberapa calon potential buyer untuk membeli unit dengan jumlah besar (bulk selling).
Di sisi lain, PP Properti tetap berkomitmen menyelesaikan pembangunan atas proyek-proyek yang sedang berjalan, meski beberapa produk baru ada penyesuaian jadwal. Dari sisi operasi, PP Properti juga terus melakukan efisiensi dan inovasi.
Dari sisi inovasi, PP Properti melakukan program diskon untuk pembelian secara hard cash atau semi hard cash. PPRO juga mulai melakukan pemasaran offline dengan semakin dilonggarkannya PSBB, sembari tetap melakukan digital marketing.
Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan, rasio utang PPRO memang terus memburuk dari tahun ke tahun. Di kuartal II-2020, net gearing PPRO meningkat menjadi 158%, net utang per ebitda naik menjadi 26,89 kali dan interest coverage ratio menurun ke 2,32 kali.
"Memang risiko kreditnya makin meningkat, juga posisi likuiditasnya makin memburuk. Sehingga memang harus refinancing uuntuk membayar MTN jatuh tempo dalam waktu dekat ini. Kalau agak sulit refinancing, bisa divestasi aset, atau suntikan dana dari induk mengingat PTPP juga anak usaha BUMN," jelas Zamzami.
Di masa pandemi dan properti yang cukup terdampak, kata Zamzami, tantangan masih banyak. Seperti marketing sales yang melemah, pengumpulan dari piutang yang bertambah lama, dan perputaran kas (cash conversion cycle/CCC) yang semakin lama juga.
Per semester I-2020, marketing sales PPRO turun 62% secara tahunan (yoy) dari Rp 945 miliar menjadi Rp 366 miliar , hari penjualan (days sales outstanding) 1.040 hari dan perputaran arus kas 2.700 hari.
Dus, Zamzami belum merekomendasikan saham PPRO, mengingat tantangan masih ada, serta adanya peningkatan risiko kredit dan likuiditas.
Baca Juga: Tingkat utang masih tinggi, Pefindo masih pasang outlook negatif PP Properti (PPRO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News