Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Guna mengangkat imbal hasil (return), manajer investasi kerap memarkirkan dana pada saham-saham yang berpotensi melaju di waktu mendatang.
Begitu pula strategi PT Samuel Aset Manajemen (SAM) dalam mengelola produk reksadana saham syariah SAM Sharia Equity Fund.
Secara year to date per 20 September 2016, SAM Sharia Equity Fund mencetak return 11,05%, lebih rendah dibandingkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang melaju 21,7% periode sama. Sejatinya, per 9 Agustus 2016, SAM Sharia Equity Fund sempat menorehkan return 23,06% (YtD).
Agus B Yanuar, Direktur Utama SAM menjelaskan, bursa saham Indonesia dan global cenderung tertekan hampir dua bulan terakhir. Pemicunya, spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atawa The Fed. Kini pelaku pasar tengah menantikan hasil pertemuan The Fed yang digelar 20 September 2016 - 21 September 2016.
Namun, perusahaan berusaha cermat dalam menghimpun efek-efek saham yang berprospek cerah dalam jangka panjang seiring kondisi makro ekonomi domestik.
Mengacu fund fact sheet per Agustus 2016, mayoritas dana SAM Sharia Equity Fund ditempatkan pada sektor saham konstruksi, pertambangan, serta properti. Sektor konstruksi dan properti memang berpeluang naik akibat gencarnya proyek pembangunan infrastruktur pemerintah.
Apalagi dana repatriasi kebijakan pengampunan pajak alias tax amnesty dapat mengalir ke sektor properti dan real estate. Membaiknya harga minyak sejak awal tahun juga menopang performa sektor pertambangan.
Per Agustus 2016, produk ini didominasi oleh efek saham hingga 96,64%. Sisanya instrumen pasar uang sekitar 3,36%. Perusahaan memang leluasa mengendapkan dana 80% - 100% pada efek saham syariah serta 0% - 20% pada instrumen pasar uang berbasis syariah.
"Investasi reksadana saham itu sebaiknya jangka panjang, disesuaikan dengan tujuan investasi," jelasnya.
Agus optimistis, di sisa tahun 2016, ISSI dapat tumbuh 8% - 10%. Ia berharap hingga pengujung tahun kinerja SAM Sharia Equity Fund dapat melampaui indeks tersebut. Alasannya, sentimen eksternal hanya menciptakan volatilitas jangka pendek.
Setelah efek negatif tersebut menguap, pasar akan kembali mengacu pada faktor fundamental. "Alokasi dan sektor pilihannya pas," tuturnya. Proyek infrastruktur pemerintah umumnya bertempo lama sehingga dapat menopang performa sektor konstruksi.
Pamor tax amnesty pun mulai mekar. Per 19 September 2016, total deklarasi harta mencapai Rp 1.013 triliun. Rinciannya, deklarasi harta dalam negeri Rp 705 triliun. Serta deklarasi harta luar negeri tercatat Rp 253 triliun. Dari jumlah tersebut, dana repatrasi mencapai Rp 55,1 triliun. Hal ini dapat menjadi katalis positif bagi pasar keuangan Indonesia.
Oleh karena itu, perusahaan belum berencana menggeser portofolio produk SAM Sharia Equity Fund. "Prospek sektor-sektor tersebut masih bagus," imbuhnya.
Per 20 September 2016, SAM Sharia Equity Fund telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.190,64. Reksadana saham syariah ini telah meraup dana kelolaan Rp 123,61 miliar per Agustus 2016.
Nah, investor yang berminat mengoleksi reksadana tersebut dapat melakukan pembelian minimal Rp 250 ribu. Penjualan dipatok minimum Rp 250 ribu.
Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 1% dari nilai transaksi. Namun tidak ada biaya penjualan (redemption) maupun biaya pengalihan (switching). Produk yang meluncur sejak 18 Januari 2013 ini menggunakan bank kustodian PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Menurut Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo, kinerja SAM Sharia Equity Fund dibebani oleh WIKA dan PGAS yang masing-masing tertekan 14,98% dan 17,03% untuk periode 9 Agustus 2016 - 20 September 2016.
"Dengan menggunakan data sepanjang 3 tahun dan beta 0,82 maka return reksadana SAM Sharia Equity Fund hingga akhir tahun diprediksi berkisar 16% - 20%," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News