kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,94   9,36   1.05%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Porsi Asing di Pasar SBN Terus Merosot, Daya Serap Domestik Kian Dipertanyakan


Selasa, 12 Juli 2022 / 04:05 WIB
Porsi Asing di Pasar SBN Terus Merosot, Daya Serap Domestik Kian Dipertanyakan


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi asing di SBN terus menurun sepanjang tahun ini. Hingga 8 Juli 2022, data DJPPR Kementerian Keuangan memaparkan jika total dana asing di SBN mencapai Rp 771,71 triliun. Angka ini menurun tajam dari posisi akhir tahun lalu Rp 891,34 triliun. 

Kondisi tersebut juga membuat porsi asing di pasar SBN tersisa 15,8% dari akhir tahun lalu sebesar 19,05% . 

Meski dana asing keluar dari pasar utang, kenaikan yield obligasi relatif tertahan. Ini karena daya serap investor domestik yang kuat. Tim riset Danareksa Sekuritas dalam riset menjelaskan ini karena peran Bank Indonesia sebagai stand by buyer SBN selama pandemi. 

Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Tembus 9 Juta Hingga Akhir Juni 2022

Tak heran jika porsi SBN BI meningkat dari 9,54% di akhir tahun 2019 menjadi 25,98% pada 8 Juli 2022. Selain itu daya serap dari perbankan domestik cukup besar. Dimana porsi kepemilikan SBN oleh perbankan domestik naik signifikan dari 21,42% di akhir 2019 menjadi 32,84% di 8 Juli 2022. "Daya serap tersebut sejalan dengan ketersediaan likuiditas perbankan di tengah distribusi kredit yang lemah selama pandemi," jelas Tim Riset Danareksa. 

Ke depan, Danareksa memperkirakan jika capital outflow di pasar SBN masih akan berlanjut karena kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang akan naik tujuh kali pada tahun 2022 dan lima kali di tahun 2023. Tak hanya itu, sentimen kenaikan suku bunga ECB karena inflasi Eropa juga semakin tidak terkendali. Pada Juni 2022 inflasi Eropa mencapai 8,6%, padahal akhir Desember 2021 di 5%. 

Alasan lain adalah sentimen kenaikan suku bunga global. Di tengah potensi capital outflow dari pasar SBN, daya serap domestik diperkirakan masih kuat utamanya daya serap perbankan. "Likuiditas perbankan domestik memadai meskipun pertumbuhan kredit mulai pulih," jelas analis Danareksa.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Membayangi Lelang Sukuk Negara

Hitungan Danareksa, total kredit yang disalurkan pada tahun ini bisa mencapai Rp 6.180 triliun - Rp  6.301 triliun dengan DPK mencapai Rp 8.103 triliun - Rp 8.337 triliun. Sementara rasio LDR perbankan tahun  ini bisa mencapai 76,27% - 75,59%. 

Untuk tahun depan, proyeksi likuiditas perbankan dari sisi kredit akan mencapai Rp 6.793 triliun - Rp 7.012 triliun. Dimana DPK mencapai Rp 8.858 triliun - Rp 9.043 triliun. Dimana LDR ada 76,68% - 77,55%. 

Dengan hitungan tersebut, Danareksa memperkirakan jika dampak dari berakhirnya SKB III antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada akhir 2022 diperkirakan tidak akan signifikan pada pasar uang dalam negeri. Namun, efeknya akan buruk bagi target defisit anggaran karena memicu penerbitan surat utang yang lebih banyak. 

Dalam kondisi tersebut daya serap perbankan kemungkinan tidak akan mencukupi menyerap penerbitan SBN baru. 

Baca Juga: Bunga Naik, Nilai Penerbitan Obligasi di Semester II Berpotensi Lebih Kecil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×