Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,25% ke posisi 6.832,80 dalam perdagangan sepekan lalu. Sepanjang satu bulan terakhir, performa indeks bahkan sudah melonjak hingga 14,49%.
Pergerakan market pun tampaknya masih nyaman berada di zona hijau beberapa waktu belakangan. Ada berbagai faktor pendukung yang membuat performa IHSG tetap menghijau.
Analis sekaligus VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, memperkirakan IHSG pekan ini akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat.
Audi memproyeksikan IHSG berada dalam rentang support di level 6.700 dan resistance di level 7.050 untuk jangka menengah, didorong oleh meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, di mana pertemuan kedua negara di Swiss diharapkan memberikan sinyal positif.
Baca Juga: IHSG Hanya Naik 0,25% Sepekan, Saham ANTM Mentereng di Pekan Lalu
Selain itu, pasar juga tengah menantikan implementasi konstituen dalam daftar efek liquidity provider yang akan mulai diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kami melihat potensi hal ini akan menjadi penopang likuiditas pasar, khususnya untuk emiten second hingga third liner yang memiliki kinerja keuangan solid," kata Audi kepada Kontan, Senin (12/5).
Pelaku pasar juga menunggu rilis data neraca dagang April 2025 yang diprediksi mencatatkan surplus lebih rendah sebesar US$ 3,5 miliar. Meski mengalami penurunan, data ini diyakini tetap mendapat respons positif dari pasar.
Sementara itu, data penjualan ritel yang diperkirakan tumbuh 3,3% secara tahunan menjadi indikator daya beli masyarakat yang masih terjaga, memberikan sentimen positif bagi pasar.
Dihubungi terpisah, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, memperkirakan IHSG dalam jangka pendek hingga menengah akan bergerak dalam rentang 7.000–7.200. Jika level 7.200 berhasil ditembus, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan menuju 7.500–7.600.
Menurut Indy, pergerakan IHSG ini akan didorong oleh pemantauan data ekonomi domestik dan global, terutama terkait arah kebijakan suku bunga.
Selain itu, pelonggaran tarif antara China dan Amerika Serikat juga dapat memberikan dampak positif bagi perdagangan Indonesia, dengan meminimalkan gangguan rantai pasok dan meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Meski demikian, Indy menyoroti langkah Danantara yang meminta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) non-Tbk untuk menunda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berpotensi memengaruhi pergerakan pasar.
Baca Juga: IHSG Menguat dalam Sepekan Terakhir, Cermati Sentimen dan Saham Rekomendasi Analis
Menurut Indy, penundaan RUPS ini dapat berdampak pada sentimen pasar karena investor menilai adanya pengkajian strategi bisnis yang lebih mendalam. Namun, transparansi tetap diperlukan dalam proses ini, terutama terkait keputusan penting seperti perubahan manajemen atau kebijakan dividen.
"Investor perlu memonitor transparansi kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor akan stabilitas emiten dan strategi investasi investor ke depannya," ucap Indy kepada Kontan, Senin (12/5).
Rekomendasi Saham
Indy menyarankan untuk mencermati saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di target harga masing-masing Rp 2.800, Rp 5.500 dan Rp 8.100 per saham.
Sementara itu, Audi merekomendasikan sejumlah saham yang layak dipertimbangkan, antara lain:
1. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 2.680
- Resistance: Rp 3.020
2. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 1.730
- Resistance: Rp 1.880
3. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 2.550
- Resistance: Rp 2.750
Selanjutnya: Hexindo Rilis Produk Baru Backhoe Loader BX100 Shinrai Power
Menarik Dibaca: Apakah Penderita Asam Lambung Boleh Makan Bakso?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News