kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

PMI Manufaktur Indonesia naik, ini rekomendasi saham yang layak dikoleksi


Kamis, 03 Desember 2020 / 12:53 WIB
PMI Manufaktur Indonesia naik, ini rekomendasi saham yang layak dikoleksi
ILUSTRASI. Rekomendasi saham saat PMI Manufaktur di atas 50


Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari

Tidak jauh berbeda, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, kenaikan indeks manufaktur memang menambah daya tarik sektor manufaktur. Walaupun, mayoritas saham sesungguhnya tengah menarik saat ini karena terdorong sentimen window dressing.  

Di antara saham sektor manufaktur yang ada, Wawan melihat ASII, INTP, INKP, KLBF, dan INDF paling atraktif.  Akan tetapi, ia tetap menjagokan saham di subsektor barang konsumen seperti KLBF dan INDF. 

Saat ini, KLBF dan INDF  memiliki valuasi yang murah. Ia pun menyarankan beli keduanya dengan target harga Rp 1.600 untuk KLBF dan Rp 7.500 untuk INDF. Rekomendasi tersebut berlaku untuk jangka waktu satu hingga dua bulan mendatang. 

Sementara untuk jangka panjang, Wawan melihat kedua saham itu juga bisa menjadi alternatif.  Hanya saja, investor tetap perlu mencermati kinerja yang nanti dirilis di bulan Maret 2021.

Baca Juga: IHSG diprediksi menguat pada Kamis (3/12), cermati saham ASII, BMRI, BBRI, WSKT, JSMR

Walau kenaikan harga sahamnya dapat dipastikan lebih lebih tipis dibanding subsektor lain, saham-saham barang konsumen cenderung lebih defensif. Oleh karenanya, saham-sahamnya minim risiko di tengah beragam sentimen negatif yang membayangi pasar hingga tahun depan. 

"Manufaktur itu poinnya pertumbuhan ekonomi," ungkap Wawan. 

Ia menambahkan, pemulihan ekonomi masih berpotensi terjegal kelancaran vaksin Covid-19. Di sisi lain, tidak ada jaminan kondisi ekonomi langsung membaik ketika vaksin Covid-19 didistribusikan. Selain itu, masih dibutuhkan pendaan untuk mendorong aktivitas masyarakat nantinya. Investor pun masih menunggu kejelasan pelaksanaan UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. 

Selanjutnya: Asing catat net sell, cermati saham rekomendasi analis berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×