kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.113   0,00   0,00%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Pilih-Pilih Emiten Grup Astra (ASII), Djarum, dan Sinarmas Mana yang Unggul?


Senin, 30 Desember 2024 / 06:00 WIB
Pilih-Pilih Emiten Grup Astra (ASII), Djarum, dan Sinarmas Mana yang Unggul?
ILUSTRASI. Di sepanjang 2024 tak semua saham dari grup konglomerasi mencetak imbal hasil yang positif walaupun membukukan kinerja yang positif.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di sepanjang 2024 tak semua saham dari grup konglomerasi mencetak imbal hasil yang positif walaupun membukukan kinerja yang positif. Ini berlaku juga di emiten grup Astra, Djarum, dan Sinarmas. 

Misalkan di Grup Astra, harga saham induk gurita bisnisnya yakni, PT Astra International Tbk (ASII) sudah terkoreksi 13,51% secara year to date (YtD) per Jumat (27/12) ke posisi Rp 4.930. 

Padahal secara kinerja keuangan, ASII masih mencetak pertumbuhan walaupun kenaikannya tergolong rendah. ASII meraup pendapatan Rp 246,32 triliun atau naik 2,24% secara tahunan atau year on year (YoY) per September 2024. 

Dari sisi bottom line, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Asta mencapai Rp 25,85 triliun. Raihan itu hanya naik 0,63% secara tahunan dari Rp 25,69 triliun per September 2023. 

Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas menjelaskan kinerja ASII dipengaruhi oleh penjualan kendaraan yang tidak sesuai dengan ekspektasi karena pelemahan ekonomi dan daya beli masyarakat. 

"Juga dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga tinggi yang masih diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) serta potensi kenaikan PPN menjadi 12% pada 2025," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/12).

Nafan bilang sentimen itu juga turut mempengaruhi kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR). Ini tercermin dari penjualan Komatsu yang turun 17,66% YoY menjadi 4.167 pada periode Januari–November 2024. 

Di Grup Djarum, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang berhasil mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan dan harga sahamnya mampu bergerak positif sepanjang 2024. 

Baca Juga: Banyak Sentimen Negatif Dalam & Luar Negeri, Rupiah Diperkirakan Tertekan Tahun Depan

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan di sisi lain, Grup Djarum menunjukkan perbedaan mencolok di antara emiten-emitennya, di mana BBCA menjadi yang tersolid di antara emiten lainnya. 

"BBCA mampu mencetak pertumbuhan kinerja solid, dengan stabilitas fundamental yang kuat, margin keuntungan tinggi dan inovasi digital yang terus dikembangkan," ucapnya. 

Per Jumat (27/12), BBCA sudah menguat 3,98% secara ytd menjadi Rp 9.800 per saham. Selama Januari–November 2024, BBCA membukukan laba sebesar Rp 50,47 triliun atau naik 14,31% YoY. 

Entitas Grup Djarum lainnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebenarnya mampu mencetak pertumbuhan kinerja. Namun pergerakan saham TOWR tak sejalan dengan fundamentalnya.

Baca Juga: Insentif PPN DTP Berlanjut di 2025, Simak Rekomendasi Saham CTRA, SMRA, PWON, LPKR

Hingga kuartal III-2024, laba bersih TOWR naik tipis 0,89% YoY menjadi Rp 2,45 triliun dengan pendapatan Rp 9,44 triliun yang tumbuh 8,37% YoY. Secara ytd, saham TOWR sudah ambles 37,13%. 

Hendra bilang meski TOWR cukup agresif melakukan akuisisi aset. Tekanan pada saham TOWR diproyeksikan berasal dari kenaikan suku bunga yang meningkatkan biaya ekspansi. 

"Serta margin keuntungan yang tergerus akibat persaingan ketat, khususnya di sektor ritel dan e-commerce untuk RANC dan BELI," kata dia. 

Hendra mencermati di Grup Sinarmas terjadi pola serupa, di mana hanya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif. 

Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (30/12)

Per September 2024, membukukan pendapatan Rp 10,06 triliun atau meningkat 17,8% YoY. Dari sisi bottom line, laba bersih BSDE melonjak 52,73% YoY menjadi Rp 2,7 triliun. 

"Sebaliknya, emiten seperti TKIM, INKP, dan DSSA tertekan oleh melemahnya harga komoditas global, seperti pulp dan batubara, serta tingginya biaya operasional," ucap Hendra. 

Untuk 2025, Hendra menilai BBCA masih tetap menarik karena bank berlogo cengkeh itu memiliki stabilitas fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan bank digital.  Dia merekomendasikan beli BBCA dengan target Rp 10.500. 

Dia juga merekomendasikan speculative buy TOWR dengan target Rp 700. Hendra menambahkan saham ASII dan BSDE juga masih layak dipantau, terutama jika terjadi pemulihan daya beli atau adanya kebijakan ekonomi yang mendukung. 

Sementara itu, Nafan merekomendasikan akumulasi beli pada BBCA dengan target harga di Rp 13.100. Dia juga merekomendasikan akumulasi beli pada ASII dengan target di Rp 5.925.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Kalimantan Selatan Untuk Hari Ini (30/12) dan Esok dari BMKG

Menarik Dibaca: Jangan Panik! Inilah Cara Menurunkan Gula Darah Tinggi di Pagi Hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×