kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.113   0,00   0,00%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Banyak Sentimen Negatif Dalam & Luar Negeri, Rupiah Diperkirakan Tertekan Tahun Depan


Minggu, 29 Desember 2024 / 18:53 WIB
Banyak Sentimen Negatif Dalam & Luar Negeri, Rupiah Diperkirakan Tertekan Tahun Depan
ILUSTRASI. Rupiah dikhawatirkan bergerak melemah pada tahun 2025. Karena dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan cenderung menguat dalam periode tersebut.


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah dikhawatirkan bergerak melemah pada tahun 2025. Karena dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan cenderung menguat dalam periode tersebut. 

Adapun sepanjang tahun ini mata uang garuda bergerak fluktuatif, menguat dan melemah dalam sekejap di hadapan dolar AS.

Melansir Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mata uang garuda pernah menyentuh titik terkuatnya di level Rp 15.095 per dolar Amerika Serikat pada 25 September 2024. Di sisi lain rupiah juga pernah ambruk ke level terlemahnya di angka Rp 16.458 per dolar AS pada 21 Juni 2024.

Sedangkan pada akhir perdagangan 27 Desember 2024, rupiah berada di Rp 16.251 per dolar AS. Dalam posisi ini rupiah turun 0,26% secara harian, kendati menguat 0,12% jika dibandingkan minggu sebelumnya. 

Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024

Ada banyak faktor yang membuat fluktuasi rupiah ini, baik eksternal maupun internal. Mulai dari eskalasi perang Timur Tengah, kebijakan Federal Reserve, data-data ekonomi dalam dan luar negeri, gejolak geopolitik, kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS, kekhawatiran akan kebijakan proteksionisme Trump, dan masih banyak lagi faktornya dari pasar keuangan. 

Ke depannya, jalan rupiah juga masih akan dipengaruhi sejumlah sentimen tersebut. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa rupiah kemungkinan akan tertekan dalam kisaran Rp 15.600 per dolar AS-Rp 16.500 per dolar AS pada 2025.

"Salah satu faktornya adalah kenaikan yield obligasi tenor 10 tahun AS, yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi dan data tenaga kerja di AS yang diperkirakan membaik akibat perang dagang," kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12). 

Kondisi yang positif itu berpotensi membuat dana masuk kembali ke AS, dampaknya pergerakan dolar akan cenderung menguat bahkan diperkirakan bisa menyentuh 114 .

Baca Juga: Inflasi Indonesia Diproyeksikan Mencapai 1,62% pada Akhir 2024, Naik ke 2,53% di 2025

Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan ruang penurunan suku bunga akan terbatas pada tahun depan. 

Selain itu Trump akan segera dilantik menjadi Presiden pada Januari 2025. Pelantikan ini berpotensi menciptakan gejolak perekonomian karena kebijakan proteksionisme perdagangan serta pelonggaran corporate tax akan segera dilaksanakan. Hal ini akan memberikan dampak volatilitas tinggi bagi mata uang negara berkembang, salah satunya rupiah. 

"Arus dana global berpotensi pindah dari negara emerging markets ke negara developed market, terutama Amerika Serikat," jelas Myrdal kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12). 

Oleh sebab itu hingga kuartal I-2025, diperkirakan pergerakan rupiah akan tertekan dalam kisaran Rp15.900-Rp16.500 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Melemah Terbatas di Perdagangan Senin (30/12)

Sedangkan pada kuartal kedua 2025, Myrdal berharap kebijakan Trump sudah priced in, dan Indonesia mulai beradaptasi, ditambah dengan sinyal pemangkasan suku bunga The Fed pada Juni 2025. Sejumlah faktor tersebut diharapkan memberi sentimen positif untuk penguatan rupiah. Dengan demikian arus dana kembali mengalir ke dalam negeri, mendorong penguatan rupiah yang diharapkan hingga akhir tahun 2025. 

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong pun setuju bahw rupiah berpotensi depresiasi sebab dolar AS diperkirakan masih akan menguat oleh ekspektasi ekonomi yang lebih kuat.

"Inflasi yang lebih tinggi menyebabkan prospek tingkat suku bunga masih akan tinggi. Kebijakan tarif Trump dikhawatirkan akan kembali menaikkan inflasi di AS, dan ada potensi menyebabkan perang dagang hingga perang mata uang global," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12). 

Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (30/12)

Menurut Lukman, rupiah bisa bertahan dan tidak melemah jauh ke atas Rp 17.000 apabila Bank Indonesia melakukan intervensi agresif berupa penetapan suku bunga yang tinggi. Setidaknya rupiah bergerak dalam rentang Rp 16.700 per dolar AS-Rp17.300 per dolar AS.

Namun di satu sisi, kondisi suku bunga yang tinggi akan kembali menekan daya beli yang ujungnya akan melemahkan data ekonomi Indonesia. 

Dengan kondisi ini, Pemerintah bisa saja melonggarkan kebijakan fiskal. Tetapi hal itu sulit dilakukan mengingat anggaran yang besar dan defisit.

Pemerintah justru menaikkan PPN menjadi 12% untuk mendapat tambahan anggaran. Maka dari itu, besar kemungkinan rupiah akan melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×