kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Phillip Asset Management jagokan konsumer dan bank


Rabu, 01 November 2017 / 06:55 WIB
Phillip Asset Management jagokan konsumer dan bank


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam kondisi rupiah yang cenderung depresiasi, Phillip Asset Management mengatakan tidak merubah strategi dalam meracik portofolio reksadana. Menurut Rio Ariansyah, Head of Investment Phillip Asset Management,  dalam kondisi apapun racikan portofolio Philip Asset Management akan tetap sama dan tidak dipengaruhi oleh penguatan atau pelemahan rupiah.

"Untuk saat ini saya cuma bataskan kepada sektor saja, saham-saham dari sekor sektor industri dasar dan kimia. Sementara sektor konsumer dan perbankan cukup layak dikoleksi mengingat kinerja sektor tersebut untuk jangka waktu harian hingga satu bulanan cukup baik, jadi lewat sebulan sektor akan ditinjau kembali," kata Rio, Selasa (31/10).

Menurut Rio penguatan dan pelemahan rupiah hanya berpengaruh pada reksadana dengan denominasi dollar Amerika Serikat (AS) yang berinvestasi pada saham Indonesia. Sementara, reksadana yang menggunakan denominasi rupiah, maka pelemahan atau penguatan rupiah tidak berampak sama sekali.

Demikian juga pada reksadana pendapatan tetap. "Pelemahan rupiah tidak ada pengaruh sama sekali pada reksadana pendapatan tetap," kata Rio.

Menurut Rio harga Surat Berharga Negara (SBN) yang terkoreksi lebih dipengaruhi aksi jual investor asing pada SBN Indonesia. "Tercatat dari kondisi puncak hingga sekarang, kepemilikan investor asing sudah berkurang sebanyak 25,79 triliun," kata Rio.

Mengenai strategi Rio memandang obligas negara untuk tenor pendek maupun panjang sama-sama bagus. Hanya secara teoritis dalam kondisi harga SBN yang terkoreksi lebih baik masuk ke SBN dengan tenor terpanjang dari seri benchmark yang ada, seperti seri FR0072 dengan mature pada 15 Mei 2036 dan menjadi benchmark untuk tenor 20 tahun.

"Karena SBN dengan tenor paling panjang dan juga seri benchmark akan naik dan meraih untung paling besar," kata Rio.

Hingga akhir tahun 2017 Rio memprediksikan masih akan reksadana berbasis obligasi negara atau korporasi yang lebih berpeluang membukukan return terbaik dibandingkan reksadana saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×