Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) terus berupaya mengamankan pasokan gasnya. Perusahaan gas pelat merah ini berniat membangun empat unit penyimpanan dan regasifikasi terapung alias floating storage regassification unit (FSRU).
FRSU ini berfungsi menampung gas alam cair (LNG). Gas ini akan kembali diubah menjadi gas (regasifikasi) di dalam FSRU. Satu dari empat FSRU akan dibangun di wilayah Lampung.
Proyek FSRU di Lampung dalam tahap studi kelayakan, yang diproyeksikan rampung pada semester pertama tahun ini. Adapun pembangunan FSRU dimulai setelah proses tender selesai. “Sekitar 2014-2015, FSRU itu akan selesai dan bisa beroperasi,” ujar Direktur Teknologi dan Pengembangan PGAS, Jobi Triananda Hasjim, Senin (16/1).
PGAS akan memakai pasokan gas FRSU Lampung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri dan komersial. “Krakatau Steel juga minta tambahan pasokan gas,” kata Jobi. Tanpa menyebut kapasitasnya, dia menyatakan, pasokan LNG untuk FSRU tadi kemungkinan berasal dari kilang blok Tangguh, Papua.
Dua FSRU lainnya adalah FSRU Belawan dan FSRU Jawa tengah, masing-masing berkapasitas 200 juta standard metrik kaki kubik per hari atau million metric standard cubic feet per day (mmscfd) dan 400 mmscfd. Masing-masing unit penyimpanan gas akan beroperasi pada akhir 2012 dan kuartal kedua 2013.
Satu FSRU siap beroperasi
Adapun satu FSRU lagi berlokasi di Teluk Jakarta dan pembangunannya diharapkan rampung pada Februari 2012. FSRU tersebut akan beroperasi penuh secara komersil pada akhir Maret atau awal April tahun ini. Unit penyimpanan gas yang dibangun PT Nusantara Regas, perusahaan patungan PGAS dan PT Pertamina, itu berkapasitas 500 mmscfd.
Manajemen PGAS enggan menjelaskan nilai investasi masing-masing FSRU. Tapi PGAS tahun ini menyiapkan belanja modal senilai US$ 200 juta setara Rp 1,8 triliun. “Sebagian besar untuk LNG receiving,” kata Direktur Pengembangan Investasi dan Manajemen Risiko PGAS, Muhammad Wahid Sutopo.
Belanja modal itu juga akan dipakai untuk membangun infrastruktur PGAS yang lain. Seluruh kebutuhan dana belanja modal akan dipenuhi dari kas internal. Di sisi lain, PGAS baru saja mengantongi fasilitas kredit non cash loan (NCL) atau pinjaman non tunai senilai US$ 130 juta dari Bank Rakyat Indonesia. PGAS akan menggunakan NCL untuk penerbitan stand by letter of credit (SBLC) sebagai jaminan pembayaran kepada mitra pemasok.
Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, menilai utang itu tak akan berdampak ke laporan keuangan PGAS. Sebab, pinjaman tersebut non tunai dan hanya digunakan sebagai jaminan pembayaran.
Menurut Reza, penjualan PGAS justru akan terdongkrak dengan tambahan FSRU. “Permintaan yang selama ini belum bisa terpenuhi karena kekurangan pasokan bisa dipenuhi,” ucap Reza. Dia menghitung harga saham PGAS bisa Rp 3.450 per saham-Rp 3.500 per saham. Harga PGAS, kemarin, menurun 0,78% menjadi Rp 3.200 per saham.
Selama sembilan bulan pertama tahun lalu, transmisi gas perseroan mencapai 844 mmscfd. Jumlah itu menurun dari periode yang sama 2010 sebesar 853 mmscfd. Pada akhir kuartal ketiga 2011, PGAS mencatatkan pendapatan Rp 14,20 triliun, atau menyusut 2,67% dibandingkan kuartal ketiga 2010 senilai Rp 14,58 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News