Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih dibayangi tantangan pasokan gas yang ketat dan tekanan biaya produksi yang meningkat.
Dus, kinerja PGAS diperkirakan tertekan meskipun ada strategi diversifikasi pasokan dan peningkatan volume distribusi domestik.
Research Analyst MNC Sekuritas, Christian Sitorus memproyeksikan pendapatan PGAS mencapai US$ 3,92 miliar atau tumbuh 3,7% secara tahunan (year on year/yoy).
Namun, laba kotor turun 3,1% yoy menjadi US$ 734 juta seiring penurunan pasokan dari Blok Corridor sekitar 50%.
Baca Juga: Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) di 2025 Lebih Menantang, Cek Rekomendasi Analis
Christian menyebutkan, PGAS berencana beralih ke pemanfaatan LNG regasifikasi yang lebih besar untuk memitigasi penurunan tersebut. Walaupun memang, lanjutnya, alternatif itu menimbulkan struktur biaya yang lebih tinggi.
Dus, laba bersih PGAS diperkirakan turun 17% menjadi US$ 282 juta, seiring margin laba bersih yang menyempit menjadi 7,2%.
Efek pemanfaatan LNG regasifikasi telah tercermin pada kinerja kuartal I 2025. Emiten gas plat merah ini mencatatkan penurunan laba bersih 48,8% yoy menjadi US$ 62 juta.
"Meski demikian, ada peluang perbaikan kinerja di tahun 2026 seiring efisiensi biaya dan peningkatan pasokan domestik," tulisnya dalam riset Senin (23/6).
Katalis pendukungnya dari adanya kesepakatan domestic swap dengan West Natuna Group akan menambah suplai sekitar 71,83 BBTUD, atau 8% dari target volume 2025.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Siap Tebar Dividen, Simak Saham yang Prospektif & Rekomendasi Analis
"Dengan pasokan tambahan ini, PGAS dapat mengurangi ketergantungannya pada biaya regasifikasi LNG yang lebih mahal, yang berpotensi meningkatkan margin dan keuntungan keseluruhan perusahaan ke depannya," terangnya.
Dengan mempertimbangkan prospek tersebut, MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold untuk PGAS dengan target harga Rp 1.600 per saham.
Risiko utama yang masih membayangi mencakup fluktuasi kurs, potensi kenaikan biaya regasifikasi LNG, serta tekanan pasokan gas domestik.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Siap Tebar Dividen, Cek Saham yang Prospektif dan Rekomendasi Analis
"Sebaliknya, katalis positif datang dari pertumbuhan permintaan industri dalam negeri dan ekspansi infrastruktur distribusi," tutupnya.
Selanjutnya: Lirik Pasar Muslim dan ASEAN, UBC Medical (LABS) Siapkan Ekspansi ke Luar Negeri
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News