kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perusahaan fintech dan konsumer warnai IPO tahun depan


Rabu, 05 Desember 2018 / 20:46 WIB
Perusahaan fintech dan konsumer warnai IPO tahun depan
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekuritas mulai berhitung prospek perusahaan yang berniat go public tahun depan. Beberapa sudah mengantongi niat korporasi menggelar initial public offering (IPO).

Direktur Utama PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengungkapkan, beberapa perusahaan juga sudah mendapat edukasi terkait aturan baru e-bookbuilding dan siap menerapkannya.

"Beberapa calon emiten saya sudah sounding masalah itu, dan mereka sepenuhnya serahkan kepada underwriter," kata Octavianus, Senin (3/12).

Dia mengatakan, setidaknya tahun depan ada lima calon emiten. Semuanya berasal dari sektor penyedia jasa keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech). Paling cepat, mereka akan IPO pada kuartal II 2019.

"Mereka tunggu setelah pemilu. Jadi, kalau based on historical data, bagus setelah pemilu, sepanjang enggak ada sentimen lain dan indeks terus naik. Itu jadi salah satu pemicu,” kata Octavianus.

Sedangkan dari PT Indo Premier Sekuritas, Presiden Direkturnya Moleonoto The mengatakan, ada tiga perusahaan di pipeline-nya. Umumnya, perusahaan tersebut adalah mereka yang menunda untuk IPO di 2018.

"Tahun depan relatif sepi, jadi yang delay tahun ini jadinya (IPO) tahun depan, sektornya kebanyakan konsumer," ungkap Moelonoto.

Meskipun terbilang sepi, tahun depan dianggap lebih baik untuk IPO dibandingkan tahun ini. Ini didukung dengan proyeksi bahwa defisit transaksi berjalan (CAD) bakal lebih rendah di bawah 3%.

"Kami juga yakin di tahun depan sentimen perang dagang AS dan China sudah mereda, begitu juga proyeksi pasar terkait kenaikan suku bunga acuan AS (The Fed) yang diperkirakan hanya dua kali di tahun depan," ujarnya.

Berbagai sentimen tersebut, diyakini bakal mendorong nilai tukar rupiah untuk kembali stabil, serta dana asing terus mengalir ke market Tanah Air. Tahun politik juga dinilai tidak akan menjadi kekhawatiran di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×