kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri pasar modal Syariah dinilai masih prospektif di tahun 2019


Rabu, 05 Desember 2018 / 18:06 WIB
Industri pasar modal Syariah dinilai masih prospektif di tahun 2019
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis optimistis prospek industri pasar modal syariah di 2019 lebih positif dari 2018. Meskipun perlu diakui, pasar modal masih akan dihadapkan pada beberapa tantangan seperti kebijakan moneter yang lebih ketat, dampak pemilihan presiden dan kondisi likuiditas yang lebih ketat.

Pengamat Pasar Modal Syariah Adiwarman Karim mengatakan, banyaknya proyek infrastruktur akan dibiayai ulang melalui pasar modal lewat penerbitan sukuk. Ini karena, mulai selesainya IDC grace perioe dari bank.

"Selain itu, cicilan pokook juga dapat ditunda sampai sukuk jatuh tempo. Ditambah cicilan ujrah (pembayaran atas jasa) bulanan dapat diubah menjadi kupon 3 hingga 6 bulanan," jelasnya, Rabu (5/12).

Selain itu, kebutuhan tambahan modal juga akan mendorong initial public offering (IPO) perusahaan walaupun likuiditas mengetat. Sedangkan likuiditas perbankan yang makin ketat akan mendorong pelaku usaha mencari sumber dana dari pasar modal.

"Penawaran saham, penerbitan sukuk, EBAS SP dan produk pasar modal lainnya akan menjdai pilihan untuk melengkapi keterbatasan likuiditas sektor perbankan," ungkapnya.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyatakan, ketidakpastian global dari sentimen perang dagang akan menjadi faktor pendorong volatilitas pasar obligasi di 2019. Selain itu, yield SUN juga masih berpotensi mengalami sedikit penurunan di akhir 2019.

"Itu dipicu membaiknya CAD, rupiah yang lebih stabil, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR) yang diperkirakan tidak sebesar 2018 dan ekspektasi rating upgrade di 2020," papar Handy.

Untuk itu, ke depan, pemerintah masih akan mendominasi penerbitan sukuk di 2019. Meskipun, untuk penerbitan obligasi sukuk akan relatif sama dengan 2018 untuk memenuhi kebutuhan refinancing, yakni Rp 3,7 triliun untuk sukuk dan Rp 86 triliun untuk obligasi konvensional.

"Ini seiring dengan belum tingginya ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik 2019. Ditambah lagi, secara historical penerbitan obligasi korporasi cenderung melambat saat pemilu," ungkapnya.

Dalam catatanya, diketahui senilai Rp 4,53 triliun sukuk akan matured ataujatuh tempo selama periode Desember 2018 hingga 2019. Namun, Handy percaya prospek pasar modal syariah di tahun depan masih positif, khususnya obligasi.

"Pertama, karena entry level yield lebih tinggi dari awal 2018, kedua kenaikan BI7DRR diperkirakan akan lebih rendah, ketiga defisit angggaran yang diperkirakan bakal lebih rendah, akan menyebabkan net issuances obligasi tetap manageable dan memiliki potensi upgrade sovereign rating di 2020," jelasnya.

Handy juga menambahkan bahwa support dari domestik di 2019 dinilai masih akan cukup tinggi, dengan adanya wacana penurunan withholding tax bunga obligasi.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×