kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertumbuhan ekonomi melambat, saham apa yang masih prospektif?


Selasa, 05 November 2019 / 20:26 WIB
Pertumbuhan ekonomi melambat, saham apa yang masih prospektif?
ILUSTRASI. Pekerja berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Pasar merespons positif data pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan IHSG sebesar 1,36% ke level 6.264,15.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi Indonesia pada kuartal III-2019 hanya tumbuh 5,02%. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat. 

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 lebih rendah bila dibandingkan semester I-2019 kemarin yang tercatat tumbuh 5,05%. Selain itu, angka tersebut juga lebih rendah bila dibandingkan kuartal III-2018 yang tumbuh 5,17%. 

Meski begitu, pasar merespons positif data pertumbuhan ekonomi. Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,36% ke level 6.264,15. 

Baca Juga: Rupiah tembus di bawah Rp 14.000 dan masih berpotensi menguat lagi

Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali menjelaskan, pasar merespons positif karena pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan konsensus yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 hanya 5,01%. "Peningkatan harga saham terjadi ke seluruh perusahaan big caps karena pertumbuhan di atas ekspektasi," ujar Frederik, Selasa (5/11). 

Dengan data tersebut, Frederik melihat pertumbuhan ekonomi masih akan stagnan. Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 hanya sekitar 5,05%. Ini lebih rendah bila dibandingkan kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2018 yang tumbuh 5,17%. "Ini terutama dari lemahnya konsumsi dalam negeri, harga komoditas yang rendah dan juga permintaan global yang melambat," jelas Frederik. 

Dus, pasar akan cenderung merespons negatif. Frederik menjelaskan, hal ini tercermin dari aksi jual yang terjadi sejak kuartal dua. "Maka dari itu, saat hari ini pertumbuhan di atas estimasi maka IHSG meningkat," imbuh dia.

Baca Juga: IHSG berpeluang melanjutkan penguatan pada Rabu (6/11)

Di tengah kondisi ekonomi yang stagnan, Frederik menyarankan investor untuk memilih saham dengan kapitalisasi besar seperti TLKM, INDF, ICBP, BBRI. Adapun, sejak awal tahun hingga saat ini harga saham TLKM telah menguat 12% ke level Rp 4.200, harga INDF menguat 7,38% ytd menjadi Rp 8.000, ICBP menguat 7,18% ytd menjadi Rp 11.200, BBRI menguat 17,49% ytd menjadi Rp 4.300 menguat 17,49% dan BBNI turun 12,22% ytd menjadi Rp 7.725.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus. Menurut Nico, pertumbuhan ekonomi di kuartal tiga ini di atas konsensus pasar sehingga disambut positif oleh pasar di tengah sentimen negatif. 

"Memang itu tidak mengubah kenyataan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan perlambatan, namun kita cukup kuat untuk menghadapi tekanan ekonomi yang melanda global tidak terkecuali Indonesia," imbuh Nico. 

Baca Juga: IHSG menguat 1,36% setelah turun dalam tiga hari berturut-turut

Nico juga menjelaskan untuk melihat saham yang masih cukup prospektif di tengah kondisi ini, selain memperhatikan pertumbuhan ekonomi, perlu juga melihat fokus pemerintah. Hal ini akan memberikan dampak bagi sektor tertentu, dan sektor tersebut yang nantinya akan dilirik oleh asing. 

"Sejauh ini saham-saham di sektor perbankan, konsumer dan infrastruktur masih menjadi pilihan," jelas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×