kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi 5,02%, sektor saham ini bisa jadi pilihan


Selasa, 05 November 2019 / 21:10 WIB
Pertumbuhan ekonomi 5,02%, sektor saham ini bisa jadi pilihan


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat perekonomian belum memperlihatkan tanda-tanda penguatan. Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019. Produk domestik bruto Indonesia tumbuh sebesar 5,02% (yoy).

Pertumbuhan ini melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,05%, juga melambat dibandingkan kuartal yang sama pada tahun lalu yang tumbuh 5,17%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai dengan perkiraan di atas 5%, lantaran sebelumnya dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5%.

Baca Juga: Rugi bersih Indosat (ISAT) susut 81% terkerek pendapatan selular

Hal ini juga tercermin pada penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Selasa (5/11) yang menguat 1,36% ke posisi 6.264,15. Penguatan IHSG salah satunya ditopang data PDB pada kuartal tiga 2019 ini.

Dalam kondisi ekonomi saat ini, Wawan menilai ada dua sektor yang masih menarik untuk dipilih bagi investor, yaitu sektor keuangan dan telekomunikasi. Ia menjagokan sektor telekomunikasi karena laporan keuangan kuartal ketiga emiten halo-halo lebih tinggi daripada ekspektasi.

Wawan memprediksi, sektor telekomunikasi akan terus tumbuh untuk jangka panjang sejalan dengan kebutuhan teknologi. Adapun saham-saham telekomunikasi yang menurut dia masih menarik meliputi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), kemudian PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XL Axiata (EXCL).

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi melambat, saham apa yang masih prospektif?

Wawan merekomendasikan investor untuk buy saham TLKM dengan target harga Rp 4.500, kemudian ISAT dengan harga Rp 3.400, dan EXCL dengan harga Rp 3.500.
Selain sektor telekomunikasi, Wawan menganggap sektor perbankan juga masih menarik karena adanya sentimen penurunan suku bunga, terlebih ada potensi penurunan suku bunga juga akan berlanjut pada tahun depan.

Dia menyarankan investor untuk beli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp 32.000 dan Rp 35.000 untuk tahun depan. Rekomendasi buy untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 4.600, selanjutnya beli untuk saham Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan target harga Rp 8.000 per saham.

Baca Juga: Rupiah tembus di bawah Rp 14.000 dan masih berpotensi menguat lagi

Senada dengan Wawan, Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia juga melihat sektor perbankan masih menarik lantaran penurunan suku bunga, terlebih sektor perbankan biasanya menjadi saham pilihan untuk window dressing di tiap akhir tahun. "Apalagi biasanya perbankan ingin menutup buku dengan performa yang baik," ujar Catherina, Selasa (5/11).

Tak hanya sektor perbankan, menurut Catherina saham-saham dari perusahaan rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga tak kalah menarik. Dia melihat saham-saham emiten rokok masih menarik karena cukai rokok yang ditetapkan untuk tahun depan menjadi isu di pasar. "Sehingga harganya turun padahal kinerjanya masih baik karena di tahun ini tidak ada kenaikan," jelasnya.

Catherina menyarankan investor untuk buy saham GGRM dengan target harga Rp 63.000 dan buy untuk harga HMSP dengan target harga Rp 2.750 per saham.

Secara keseluruhan, ia menambahkan hasil pertumbuhan ekonomi kuartal 3 2019 masih sesuai dengan harapan pasar. "Walau pertumbuhannya kecil tapi tetap terhitung sebagai peningkatan," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×