kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Optimistis Bisa Pulihkan Laba Bersih


Senin, 03 November 2025 / 18:28 WIB
Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Optimistis Bisa Pulihkan Laba Bersih
ILUSTRASI. Pertamina Geothermal Energy (PGEO) berharap cetak kinerja moncer dengan laba bersih naik di tahun ini


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) percaya diri bisa kembali meningkatkan kinerja keuangannya hingga akhir 2025, baik dari sisi top line maupun bottom line.

Sebagaimana diketahui, PGEO membukukan pertumbuhan pendapatan 4,20% year on year (YoY) menjadi US$ 318,86 juta per kuartal III-2025. Namun, pada periode yang sama, laba bersih PGEO tergerus 22,18% yoy menjadi US$ 104,26 juta.

Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengatakan, pelemahan kinerja bottom line PGEO disebabkan oleh kenaikan beban depresisasi sebesar 9,61% yoy menjadi US$ 91,49 juta seiring dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 pada Juni 2025.

Baca Juga: Laba Bersih Panorama Sentrawisata (PANR) Naik ke Rp 54 Miliar per Kuartal III-2025

PGEO juga mencatatkan kenaikan beban gaji dan tunjangan sebesar US$ 13,4 juta yoy sebagai hasil dari program Management and Employee Stock Option Program (MESOP) yang menelan biaya US$ 7,5 juta. “Kami melakukan investasi pada sumber daya manusia,” ujar dia dalam paparan publik, Senin (3/11/2025).

Selain itu, rugi selisih kurs sebesar US$ 10,22 juta juga menjadi penyebab penurunan laba bersih PGEO. Yurizki bilang, PGEO memiliki eksposur utang dalam mata uang yen Jepang (JPY), di mana mata uang tersebut sedang mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (US$), sehingga berdampak bagi emiten tersebut.

Terlepas dari itu, PGEO mengklaim bahwa penurunan laba bersih yang terjadi masih dalam level yang wajar, mengingat perusahaan ini masih bisa membukukan EBITDA dan arus kas yang sehat sepanjang 2025 berjalan.

Yurizki melanjutkan, pihaknya akan fokus untuk melakukan upaya lindung nilai (hedging) untuk meminimalisir tekanan selisih kurs akibat volatilitas mata uang JPY. Upaya ini diklaim cukup berhasil, mengingat sampai Oktober 2025, rugi selisih kurs PGEO sudah berkurang menjadi sekitar US$ 8 juta—US$ 9 juta.

“Kami ingin menjaga supaya rugi selisih kurs ini tidak lebih dari US$ 10 juta,” imbuh dia.

Sampai akhir 2025 nanti, PGEO menargetkan pendapatan dapat mencapai kisaran US$ 424 juta—US$ 426 juta. Proyeksi ini dengan asumsi produksi listrik panas bumi PGEO dapat mencapai 4.978 gigawatt hour (GWh).

PGEO juga percaya diri dapat menjaga margin EBITDA di kisaran 78%--80% pada akhir tahun nanti, serta margin laba bersih sekitar 33%--35%.

Sedangkan untuk 2026 nanti, PGEO memperkirakan pertumbuhan produksi listrik sekitar 2,5% dari tahun sebelumnya sehingga menjadi 5.100 GWh. Dari hasil operasional tersebut, pendapatan PGEO pada 2026 diperkirakan kurang lebih sebesar US$ 450 juta. Adapun margin EBITDA dan margin laba bersih PGEO diupayakan setara dengan proyeksi tahun 2025.

Baca Juga: Kinerja Membaik, Kimia Farma (KAEF) Pangkas Beban Usaha dan HPP per Kuartal III-2025

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, PGEO memiliki prospek kinerja yang menjanjikan dalam jangka panjang seiring tren transisi energi di Indonesia. Ambisi PGEO yang ingin meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi mencapai 1 gigawatt (GW) dalam beberapa tahun mendatang tentu akan berdampak positif bagi kelangsungan kinerja keuangan emiten tersebut.

Terlepas dari itu, PGEO perlu memastikan proyek panas bumi tersebut dapat berjalan lancar. Ini mengingat, teknologi di sektor energi terbarukan masih tergolong mahal, sehingga PGEO mesti hati-hati dalam mengelola biaya investasi di setiap proyeknya.

“Hal yang terpenting adalah proyek panas bumi PGEO harus sesuai dengan blue print-nya agar tidak beban operasi mereka tidak terlalu meningkat,” kata dia, Senin (3/11).

Nafan menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham PGEO yang harganya melesat 39,04% year to date (ytd) ke level Rp 1.300 per saham hingga Senin. Valuasi PGEO pun sudah tergolong tinggi dengan rasio Price to Earnig (PE) di level 25,21 kali.

 

Sementara itu, Analis KB Valbury Sekuritas Laurencia Hiemas menyebut PGEO punya modal berharga untuk meningkatkan kinerjanya pada masa depan. Hal ini didukung oleh posisi PGEO yang mengendalikan 34% dari peta jalan panas bumi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas PLTP nasional dari 133 megawatt (MW) pada 2025 menjadi 5,2 GW pada 2034.

“Pendapatan PGEO diperkirakan akan tumbuh stabil dari US$ 420 juta sebagai perkiraan 2025 menjadi US$ 754 juta pada 2030,” tulis dia dalam riset, 23 September 2025.

Laurencia merekomendasikan beli saham PGEO dengan target harga Rp 1.600 per saham.

Selanjutnya: Tinggi Peminat, Jababeka (KIJA) Luncurkan Tipe Terbaru Hunian New Palm Town House

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (4/11) di Jabodetabek Hujan Sangat Lebat di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×