kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.741.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.389   -35,00   -0,21%
  • IDX 6.466   -49,24   -0,76%
  • KOMPAS100 928   1,38   0,15%
  • LQ45 727   0,20   0,03%
  • ISSI 203   -1,41   -0,69%
  • IDX30 379   -0,25   -0,07%
  • IDXHIDIV20 452   -1,88   -0,41%
  • IDX80 106   0,31   0,30%
  • IDXV30 109   0,41   0,38%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,10%

Pertahankan Netral, Sinarmas Sekuritas Beberkan Sentimen Batubara Tahun Ini


Minggu, 16 Maret 2025 / 22:01 WIB
Pertahankan Netral, Sinarmas Sekuritas Beberkan Sentimen Batubara Tahun Ini
ILUSTRASI. Sebuah tongkang bermuatan batubara di Sungai Batanghari di Desa Pulau Betung, Batanghari, Jambi. Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra dan Kenny Shan, mempertahankan sikap netral terhadap sektor pertambangan batubara Indonesia. Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi pasar yang cenderung berfluktuasi dengan katalis positif yang terbatas. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/agr


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra dan Kenny Shan, mempertahankan sikap netral terhadap sektor pertambangan batubara Indonesia. Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi pasar yang cenderung berfluktuasi dengan katalis positif yang terbatas.

Tahun lalu, impor batubara China melonjak ke rekor tertinggi disaat produksi dalam negeri mencapai puncak baru. Meskipun nampak positif, namun ini lebih dipandang sebagai anomali dan diperkirakan tren tidak akan berlanjut di 2025.

Tren tersebut diperkirakan akan berbalik pada 2025, karena ketidakpastian ekonomi, perluasan energi terbarukan, dan upaya pengurangan stok mengurangi kebutuhan akan batubara impor. Penurunan impor batubara dari China tidak terelakkan.

Inav menjelaskan, faktor utama yang membatasi permintaan impor batubara China di masa mendatang adalah pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari yang diharapkan. Penurunan tak terduga dalam PMI Tiongkok pada Januari 2025 menunjukkan bahwa stimulus fiskal tahun lalu belum menghasilkan momentum pertumbuhan yang berkelanjutan.

Meskipun para pembuat kebijakan kemungkinan akan meningkatkan upaya stimulus, kami memperkirakan dukungan harga energi dari China akan bersifat sementara, karena hambatan struktural pada akhirnya akan membatasi ekspansi ekonomi.

‘’Kendala lain bagi impor batubara China adalah upaya pengurangan stok yang sedang berlangsung, yang menunjukkan adanya peralihan ke arah penyerapan lebih banyak batubara domestik berperingkat rendah untuk mengelola kelebihan pasokan,’’ ungkap Inav dan Kenny dalam riset 21 Februari 2025.

Baca Juga: Harga Merosot, Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara : PTBA, ITMG, UNTR, AADI

Oleh karena itu, Sinarmas Sekuritas memperkirakan harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) untuk acuan batubara Newcastle berkisar US$ 120 per ton pada tahun 2025. Proyeksi ini turun 11% dari US$135 per ton pada 2024.

Inav memaparkan, proyeksi harga batubara yang lebih rendah akibat tingkat persediaan yang tinggi, penerapan energi terbarukan yang agresif, dan tantangan ekonomi makro yang terus-menerus di China. Sedangkan, potensi kenaikan harga batubara yakni naiknya harga gas alam yang bisa mendorong peralihan dari gas ke ke batubara Eropa.

Sementara itu, perkembangan regulasi seperti potensi pemotongan royalti bagi pemegang lisensi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan inisiatif Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat memberikan manfaat pendapatan tambahan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa harga batubara kemungkinan tetap tertekan.

Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Kian Tergerus, Simak Rekomendasi Saham Sektor Batubara

Inav menuturkan, inti dari optimisme investor adalah potensi pengurangan pajak royalti bagi pemegang IUPK, perubahan kebijakan yang saat ini sedang dikaji oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Beban royalti yang lebih rendah akan memberikan penghematan biaya, sehingga meningkatkan margin bagi penambang tertentu.

Selain itu, pembentukan Industri Pertambangan Indonesia (MIP) yang telah lama ditunggu-tunggu telah meningkatkan harapan akan aliran pendapatan yang lebih baik, terutama bagi penambang dengan eksposur domestik yang kuat. Meskipun langkah-langkah ini dapat memberikan dorongan sementara terhadap ekspektasi pendapatan, kurangnya jadwal implementasi yang jelas telah meredam antusiasme.

Inav dan Kenny menyematkan rekomendasi netral untuk saham sektor batubara Indonesia. Saham AADI menjadi nama paling menonjol karena berpotensi masuk indeks MSCI, salah satu perusahaan yang memegang lisensi IUPK, serta penerima manfaat dari adanya kebijakan tarif royalti batubara dipangkas.

Sinarmas Sekuritas merekomendasikan Buy untuk AADI dan ADMR dengan target harga masing-masing sebesar Rp 15.000 dan Rp 1.500 per saham. Sedangkan, PTBA dan INDY direkomendasikan Netral dengan target harga Rp 2.800 dan Rp 1.550 per saham. 

Selanjutnya: Saratoga (SRTG) Suntik Modal ke Merdeka Copper Gold (MDKA), Begini Nasib Sahamnya?

Menarik Dibaca: Ciplaz Perkuat Dukungan UMKM dengan Foodcourt Tuang Riung dan Langit Rasa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×