Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) siap merealisasikan rencana ekspansi di tahun ini. Meskipun persaingan bisnis ritel semakin ketat, analis menilai, ekspansi AMRT dapat mendongkrak laba perseroan tersebut.
Tahun ini, perseroan tersebut berencana membuka 1.000-1.200 unit gerai Alfamart baru, termasuk beberapa pusat distribusi. Perusahaan ritel modern ini menyiapkan dana belanja modal sekitar Rp 1,8 triliun hingga Rp 2 triliun untuk rencana tersebut.
Kepala Riset First Asia Capital David Nathanael Sutyanto mengatakan, bisnis ritel, seperti yang digeluti AMRT memiliki margin yang tipis. "Jadi, salah satu cara menaikkan margin atau pendapatan dengan membuka cabang baru," ucap David.
Hingga akhir tahun lalu, AMRT telah memiliki 9.757 gerai. Jadi, dengan rencana penambahan 10.000-12.000 gerai, tahun ini perseroan bakal memiliki 10.957 gerai. Di tengah persaingan yang semakin ketat, AMRT perlu menyasar wilayah baru dalam membuka gerai. "Saat ini perseroan ini hanya menyasar wilayah perkotaan," tambah David.
Sepertinya, peluang tersebut langsung terbaca oleh Alfamart. Analis RHB OSK Securities Andrey Wijaya dalam risetnya pada 23 Desember 2014, menilai, AMRT mulai memperluas bisnis minimarket di Luar Pulau Jawa seperti, Sulawesi, Sumatera, Bali dan Kalimantan.
Walau demikian, mayoritas lokasi minimarket AMRT masih berada di wilayah Jakarta dan Jawa. Namun Andrey menuturkan, hanya dua wilayah yang memiliki pasar matang yaitu, sekitar Jabodetabek dan Makassar di Sulawesi.
Pangsa pasar
Ia juga mencatat, perseroan ini telah melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri, yakni Filipina. Setidaknya di sana, AMRT telah mengoperasikan 10 gerai Alfamart. Meski persaingan mengetat, para analis sepakat, bisnis AMRT masih ada harapan tumbuh. Hal itu didorong oleh tingkat konsumsi masyarakat yang masih berpeluang naik.
Apalagi, AMRT merupakan pemimpin pasar dalam bisnis minimarket. "Pesaing terbesar Alfamart adalah Indomaret dalam segmen ritel berformat kecil," terang Andrey. AMRT kini menguasai pangsa pasar sebesar 51%. Jumlah tersebut sudah termasuk pangsa pasar Alfa Midi.
Sedangkan Indomaret memiliki 45% pangsa pasar. Tak hanya itu, Andrey menilai AMRT adalah peritel yang cukup defensif. Perseroan ini mampu mempertahankan pertumbuhan rata-rata penjualan per gerai alias same store sales growth (SSSG), meskipun dihadang tingkat inflasi tinggi.
Namun, David mengingatkan langkah bisnis AMRT akan dibebani oleh pendanaan. David mencatat, debt to equity ratio (DER) AMRT terbilang tinggi, yakni mencapai 4 kali. Padahal normalnya emiten minimarket memiliki DER antara 1 hingga 2 kali. Andrey memprediksikan, tahun ini pendapatan AMRT bisa naik menjadi Rp 49,43 triliun, dengan mengantongi laba bersih Rp 676 miliar.
Keduanya kompak merekomendasikan beli. David menargetkan harga di Rp 550 dan Andrey di Rp 660. Analis HSBC Permada Darmono merekomendasikan, netral di harga Rp 530. Rabu (7/1) harga saham AMRT turun 0,61% menjadi Rp 486 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News