kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Permintaan tinggi, tren kenaikan harga batubara sulit dibendung


Senin, 01 Oktober 2018 / 21:01 WIB
Permintaan tinggi, tren kenaikan harga batubara sulit dibendung
ILUSTRASI. Batubara


Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semenjak harga batubara menembus level US$ 100 per metrik ton, tren kenaikan harga komoditas energi tersebut sulit dibendung. Apalagi permintaan terhadap batubara juga terus meningkat.

Data Bloomberg menunjukkan, harga batubara kontrak pengiriman November 2018 di ICE Futures Newcastle bertengger di level US$ 114,55 per metrik ton. Sepanjang kuartal III 2018, harga batubara telah naik 7,65%.

Tren kenaikan harga batubara makin menjadi-jadi ketika memasuki bulan Agustus dan bulan berikutnya. Bahkan, pada 26 September harga batubara mencapai level US$ 114,75 per metrik ton atau level tertinggi sejak 2014 silam.

Menurut Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, harga batubara terdongkrak oleh meningkatnya permintaan terhadap komoditas tersebut sebagai energi alternatif selain minyak bumi. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga sebagian negara Asia, khususnya China.

Walau menjadi salah satu negara teraktif yang menyerukan pengurangan bahan bakar fosil, impor batubara AS justru meningkat tiga kali lipat semenjak Donald Trump menjadi Presiden di negara tersebut. Hal ini mengingat AS menjadi negara pemilik reaktor nuklir terbesar di dunia. “Batubara menjadi pendingin reaktor nuklir yang paling ideal,” imbuh Ibrahim, Senin (1/10).

Tidak hanya AS, permintaan batubara dari China juga terus meningkat sepanjang 2018 berjalan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembuatan baja. Belum lagi, negara tersebut memiliki banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang membutuhkan batubara sebagai energi penggeraknya.

Kebutuhan impor batubara oleh China sulit dibendung sekalipun negara tersebut terus ditekan oleh isu perang dagang dengan AS. Hal ini merupakan dampak dari reformasi tambang China berupa pengetatan izin produksi batubara bagi perusahaan tambang di negara tersebut. Alhasil, China mesti melakukan impor batubara dari negara lain.

“China berupaya mengurangi produksi batubara karena beberapa penambang di sana memiliki utang yang besar ke perbankan,” papar Ibrahim.

Ibrahim memproyeksikan, harga batubara masih akan terus mengalami tren kenaikan hingga akhir tahun nanti. Kenaikan tersebut didukung oleh datangnya musim dingin jelang akhir tahun nanti, sehingga permintaan dari negara-negara pemilik iklim empat musim akan meningkat. “Di sisi lain, suplai bisa melambat karena distribusinya terhambat oleh cuaca buruk selama musim dingin,” katanya.

Selain itu, isu larangan ekspor minyak oleh AS kepada Iran berpotensi dimanfaatkan oleh para spekulan untuk beralih ke batubara. Dengan demikian, faktor tersebut juga bisa mendorong kenaikan harga batubara.

Prediksi Ibrahim, harga batubara dunia akan bergerak di kisaran US$ 113—US$ 117 per metrik ton di akhir 2018 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×