Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah merampungkan proses penjualan obligasi dollar pada akhir pekan lalu. Lewat anak usahanya, Majapahit Holding B.V., perusahaan setrum milik negara ini menerbitkan obligasi sebesar US$ 1,25 miliar dengan bunga 7,75%. Surat utang yang akan jatuh tempo tahun 2020 ini dicatatkan di di bursa Singapura mulai hari ini.
Aksi korporasi PLN itu boleh dibilang mencatatkan sukses besar. "Permintaan yang masuk untuk obligasi dollar mencapai US$ 4,3 miliar," kata Wakil Direktur Utama PLN, Rudiantara, kemarin (8/11). Berarti, total permintaan mencapai hingga tiga kali lipat lebih target awal.
Sekedar tambahan informasi, agen penjual obligasi dollar PLN adalah Barclays Capital dan UBS Investment Bank. Sedangkan agen pembayarannya Deutsche Bank Trust Company Americas.
Meski permintaan membeludak, PLN tak tergoda menambah nominal obligasi yang diterbitkannya. Rudiantara beralasan, waktu penawaran obligasi dollar itu ketika pasar sedang agak bergejolak. "Selain itu, pasar obligasi dollar kelebihan pasokan baik itu penerbitan dari emerging market dan global," ujarnya.
Menurut dia, kebutuhan dana PLN dalam mata uang rupiah dan dollar sudah terpenuhi. Sebelumnya, pada 8 Agustus lalu, PLN sudah mengeluarkan obligasi dollar sebesar US$ 750 juta dengan kupon 8%.
Selain menerbitkan surat utang dalam mata uang dollar, PLN juga berencana mengeluarkan surat utang dalam denominasi rupiah di akhir tahun ini. Nilainya sekitar Rp 1,5 triliun. "Tapi nanti kami akan melihat lagi kondisi pasarnya," ujar Rudi.
Nantinya, duit hasil penjualan surat utang itu akan digunakan untuk membiayai pembangunan transmisi dan menutup kekurangan dana proyek listrik sebesar 10.000 Mega Watt.
Tahun ini, PLN memang rajin menghimpun dana lewat penerbitan surat utang. Awal 2009, perusahaan mengeluarkan obligasi dan sukuk di dalam negeri, dengan nilai total Rp 2,2 triliun. PLN juga merupakan perusahaan yang menerbitkan obligasi dollar terbesar sepanjang tahun ini.
Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) lewat PT Adaro Indonesia menerbitkan obligasi dollar sebesar US$ 800 juta dengan kupon 7,63%. Langkah itu diikuti oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan menerbitkan obligasi senilai US$ 230 juta yang dibandrol kupon 9,75%, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) sebesar US$ 315 juta dengan kupon 11,75%.
Dua perusahaan lagi yang bersiap menerbitkan obligasi global adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) lewat anak usahanya Bumi Capital Pte Ltd. Situs Ifrasia menulis, produsen batubara terbesar di Indonesia ini telah menetapkan kupon 12% untuk surat utang senilai US$ 300 juta.
Sedangkan PT Chandra Asri, yang mencari pendanaan di pasar obligasi internasional lewat Altus Capital Pte Ltd, akan menerbitkan surat utang sekitar US$ 250 juta. Duit hasil penjualan obligasi berjangka waktu lima tahun ini untuk membayar utang-utangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News