kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan naik, AUM reksadana terproteksi capai Rp 97,65 triliun per Oktober 2021


Rabu, 17 November 2021 / 09:50 WIB
Permintaan naik, AUM reksadana terproteksi capai Rp 97,65 triliun per Oktober 2021


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun, permintaan terhadap produk reksadana terproteksi kembali meningkat. Dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana terproteksi kini tidak lagi menurun.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, AUM reksadana terproteksi di Oktober naik 0,18% secara bulanan menjadi Rp 97,65 triliun. Kenaikan tersebut memberi angin segar pada AUM reksadana terproteksi yang sempat menurun 32,90% secara tahunan hingga September lalu.

Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin mengatakan di awal kuartal III dan saat ini memang kebutuhan investor terhadap produk reksadana terproteksi sudah mulai kembali. Hal ini juga didukung dengan banyaknya reksadana terproteksi yang jatuh tempo di periode tersebut.

"Permintaan reksadana terproteksi yang meningkat juga diimbangi dengan penerbitan beberapa nama dan seri obligasi baru, di Sucorinvest juga kami terus menerima banyak permintaan reksadana terproteksi dari mitra APRED," kata Toufan, Selasa (16/11).

Baca Juga: Danareksada Investment targetkan AUM tumbuh 15% di 2022

Di tengah kondisi ekonomi yang mulai pulih, Toufan mengatakan reksadana terproteksi yang menarik adalah yang tidak hanya semata memberi imbal hasil tinggi. Namun, harus diimbangi dengan pengelolaan risiko dengan memilih obligasi yang berkualitas. Selain itu, penting dalam meluncurkan reksadana terproteksi untuk menyesuaikan produk dengan profil risiko para investor.

Toufan memproyeksikan hingga tahun depan permintaan terhadap reksadana terproteksi akan terus tumbuh seiring dengan bertambahnya jumlah investor. Toufan mengatakan di tengah kondisi tingkat suku bunga dan imbal hasil obligasi yang rendah membuat reksadana terproteksi yang biasanya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi akan menjadi alternatif investasi yang menarik.

Sementara, Marsangap P. Tamba, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management memproyeksikan pertumbuhan penerbitan produk reksadana terproteksi secara industri berpotensi stagnan atawa terbatas di 2022. 

"Di masa pandemi obligasi yang menjadi underlying reksadana terproteksi memiliki risiko kredit yang meningkat, sementara kini pelaku pasar ingin mendiversifikasi portofolio ke reksadana pasar uang," kata Marsangap, Selasa (16/11).

Selanjutnya: IHSG diprediksi akan mempertahankan arah penguatan pada Rabu (16/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×