kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan lokal naik, Indonesian Tobacco (ITIC) catat penjualan neto Rp 120 miliar


Jumat, 20 Desember 2019 / 19:56 WIB
Permintaan lokal naik, Indonesian Tobacco (ITIC) catat penjualan neto Rp 120 miliar
ILUSTRASI. PT Indonesian Tobacco Tbk. Permintaan domestik meningkat, Indonesia Tobacco (ITIC) catatkan penjualan neto Rp 120,26 miliar


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mencatatkan pertumbuhan penjualan neto 19,44% year on year (yoy) menjadi Rp 120,26 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Pada periode sama 2018, penjualan neto ITIC adalah sebesar Rp 100,69 miliar. 

Jika dirinci, terjadi peningkatan penjualan (sebelum dikurangi retur dan diskon) pada pasar lokal sebesar 20,28% yoy menjadi Rp 120,96 miliar, sedangkan penjualan luar negeri turun 20,30% ke Rp 1,57 miliar. Sebagai gambaran, segmen domestik mencakup 98,7% penjualan ITIC, sedangkan ekspor hanya 1,3%.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) kembali revisi target penjualan alat berat tahun ini

Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, pertumbuhan penjualan dalam negeri ini didorong kenaikan permintaan, baik dari pasar lama seperti Papua dan Kalimantan Barat maupun pasar baru, seperti Flores, Kupang, dan Nusa Tenggara Timur. 

"Produk kami dengan merek Anggur Kupu dan Lampion Lilin memperoleh kenaikan permintaan dari pasar lama, sedangkan dari pasar baru meminta produk dengan merek Manna," ucap Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (20/12). 

Untuk pasar ekspor, Djonny menyatakan penjualannya tetap stabil. Penurunan yang tercatat per kuartal III-2019 tersebut hanya disebabkan penyesuaian waktu pengiriman. "Waktu itu hanya sedang menunggu jadwal kapal untuk mengirim produknya saja," kata dia.

Sebagai informasi, perusahaan ini sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang dengan merek Pohon Sagu, Butterfly, dan Papillon. 

Baca Juga: MNC Kapital (BCAP) bailout sebesar Rp 35,28 miliar reksadana MNC Asset Management

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, hingga akhir 2019, perusahaan ini memproyeksi pendapatannya bisa tumbuh 26,38%-33,81% secara tahunan menjadi Rp 170 miliar-Rp 180 miliar.

Untuk itu, ITIC menargetkan bisa memproduksi tembakau iris 2.000 ton-2.500 ton tahun ini. Jumlah tersebut meningkat dari produksi 2018 yang sebesar 1.950 ton.

Sementara itu, dari segi laba bersih, ITIC mencatatkan penurunan 86,96% yoy menjadi Rp 611,3 juta per September 2019. Padahal, pada periode sama tahun lalu, laba bersih ITIC masih sebesar Rp 4,69 miliar. 

Baca Juga: Raup dana Rp 1,2 triliun, begini rencana Uni-Charm (UCID) usai IPO

Menurut Djonny, hal ini disebabkan oleh beban-beban non-operasional yang dibukukan karena perusahaan melaksanakan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun ini.

"Sifatnya hanya sekali saja. Secara operasional kami tidak ada masalah karena laba operasional kami masih tetap solid," kata dia. Ia memperkirakan, laba bersih ITIC pada 2020 akan normal kembali. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×