Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik masih sulit dihindari. Negara - negara yang telah gencar memerangi pemakaian batubara bahkan belum dapat sepenuhnya lepas dari bahan bakar fosil ini.
Tingginya pemakaian batubara menjaga harga stabil di level tinggi. Mengutip Bloomberg, Kamis (21/7) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2016 di ICE Futures Exchange tergerus 0,15% ke level US$ 63,85 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sementara dalam sepekan terakhir, harga batubara menguat 1,23%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures mengatakan, harga batubara cenderung bergerak stabil karena tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi global. "Sentimen batubara masih bagus sehingga harga stabil di level tinggi," tuturnya.
Sebelumnya, batubara dijauhi karena menimbulkan polusi. Permintaan yang semakin turun membuat produsen mulai mengurangi angka produksi. Imbasnya, supply berkurang sementara permintaan tetap stabil sehingga harga pun naik.
Saat ini permintaan cenderung meningkat lantaran masih tingginya kebutuhan batubara di berbagai negara. Kenaikan permintaan batubara salah satunya datang dari Korea Selatan yang menjadi importir batubara terbesar keempat di dunia.
Sejak dua bulan lalu, Korea telah memesan batubara dengan jumlah di atas normal. Beberapa perusahaan listrik di Korea Selatan termasuk KOSPO, WP, EWP, KOMIPO dan KOSEP telah memesan 1,2 juta ton batubara sejak awal Juli untuk pengiriman antara bulan Agustus hingga Desember.
Pemesanan bulan Juni bahkan mencatat angka yang lebih besar serta membawa tender batubara Korea Selatan selama bulan Juni - Juli hingga akhir tahun mencapai 10 juta ton.
Hal serupa terjadi di Amerika Serikat yang saat ini sedang gencar memerangi penggunaan batubara. Dalam laporan Association of American Railroads pekan ini, jumlah batubara yang masuk ke AS melalui kereta api per pekan yang berakhir tanggal 16 Juli naik 19,6% menjadi 84.272 gerobak dibanding sehari sebelumnya.
Angka terbaru ini merupakan pertama kali melampaui 80.000 gerobak sejak pertengahan Desember. "Impor batubara dari Jepang juga membaik," imbuh Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News