Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021, dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana terproteksi terpantau turun. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada September 2021, tercatat dana kelolaannya menjadi Rp 97,47 triliun, turun dari Rp 145,27 triliun.
Walaupun sepanjang tahun terpantau turun, tetapi angka tersebut naik dari bulan Agustus yang mencatatkan Rp 93,73 triliun dari data OJK.
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, melihat, ini berarti sudah ada produk baru yang diluncurkan di bulan September kemarin.
Dalam data yang diterima Kontan, ada tiga Asset Management yang menerbitkan tiga produk baru dengan penerbitan lebih dari Rp 1 triliun, yakni Bahana TCW Investment Management, Danareksa Investment Management, dan Syailendra Capital.
Baca Juga: Dana kelolaan anjlok, reksadana terproteksi masih menarik bagi investor ritel
Ia juga melihat, reksadana terproteksi ramai penerbitannya ketika ada obligasi yang baru terbit. “Karena memang membutuhkan obligasi untuk mengisi portofolionya, kalau banyak obligasi terbit, mulai naik,” kata Wawan kepada Kontan, Rabu (13/10).
Saat ini, Wawan berpandangan, investor ritel yang ingin masuk ke obligasi lebih mencari keamanan, karena isi produknya berasal dari Surat Utang Negara (SUN), dan korporasi dengan rating yang baik dengan rating di atas A, yang risikonya relatif lebih kecil.
“Karena ketika mereka mau masuk obligasi, modalnya cukup besar, dan ketika punya uang Rp 100 juta – Rp 200 juta, tetapi mau menikmati keamanan dan juga imbal hasil SUN, lewat terproteksi lebih menarik, karena reksadana pendapatan tetap bisa naik turun harganya, kalau proteksi enggak, stabil naik sampai jatuh tempo,” jelas Wawan.
Baca Juga: Dana kelolaan reksadana terproteksi turun Rp 47,8 triliun dalam 9 bulan pertama 2021