Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa lembaga mulai memprediksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia akan melambat. Salah satunya adalah Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi yang menurun menjadi 1,8%.
Bahkan, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) pun memprediksi pertumbuhan ekonomi domestik hanya di kisaran 0,5% untuk tahun ini. Jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang mencapai 5,1%.
Baca Juga: Outlook negatf dari S&P bisa tekan IHSG, simak proyeksi hingga akhir tahun
Presiden Direktur Astronacci International Gema Goeyardi menilai, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun juga akan menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan setidaknya hingga semester I-2020 ini.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada saham sektoral yang bisa dilirik oleh investor. Gema mengatakan, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang menurun maka sektor saham yang dapat menjadi pilihan adalah saham yang bergelut di sektor barang konsumsi (consumer goods) dan juga perbankan (banking)
“Sementara emiten yang harus dihindari adalah emiten yang memiliki likuiditas yang rendah dan sektor-sektor pertambangan serta sektor konstruksi,” ujar Gema saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Baca Juga: S&P pangkas outlook Indonesia, bagaimana dampaknya ke pergerakan IHSG?
Gema memperkirakan IHSG masih akan mengalami tekanan di Semester 1-2020. Namun, dengan membaiknya pandemi Covid-19 dan didorong dengan stimulus ekonomi dari pemerintah, IHSG akan melakukan rebound di semester II tahun ini.
Untuk itu, Gema menilai IHSG akan berada di area sekitar 5.500 hingga pengujung tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News