kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pergerakan saham emiten baru cenderung tak terprediksi


Kamis, 04 Juli 2019 / 19:20 WIB
Pergerakan saham emiten baru cenderung tak terprediksi


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2019 berjalan, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah kedatangan 20 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya. Analis menilai, pergerakan saham emiten yang baru melantai di bursa cenderung tak terprediksi.

Emiten terbaru yang mencatatkan saham di bursa pada Kamis (7/4), yakni PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC) dan PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU). Keduanya menjadi emiten ke-632 dan ke-636 yang sahamnya beredar di pasar modal Indonesia.

Pada bulan Juni 2019 lalu, setidaknya ada lima emiten yang tercatat di bursa. Kelima emiten itu adalah PT Hotel Fitra International Tbk (FITT), PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI), PT Surya Fajar Capital Tbk (SFAN), dan PT Golden Flower Tbk (POLU).

Sedangkan di bulan Mei ada dua emiten yang tercatat yaitu PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) dan PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST). Mundur sedikit di bulan April 2019, ada tiga emiten yang listing yaitu PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME), PT Capri Nusa Satu Properti Tbk (CPRI), dan PT Meta Epsi Tbk (MTPS).

Periode Maret dan Februari 2019 menjadi periode yang sepi lantaran hanya ada dua emiten yang listing. Kedua emiten itu adalah PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) dan PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA).

Pada bulan Januari 2019 lalu dibuka dengan lima emiten yang masuk ke bursa yaitu PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD), PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI), PT Estika tata Tiara Tbk (BEEF), PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO) dan PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY).

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan saham emiten yang IPO pada tahun ini memiliki pergerakan harga yang variatif. “Bisa positif, tapi bisa juga negatif. Pergerakannya masih sangat tergantung juga dengan sentimen pasar,” jelas Nafan, Kamis (4/7).

Kalau bergerak positif, biasanya lebih karena euforia pasar yang tinggi dalam mengakumulasi saham IPO. “Terutama emiten yang valuasi sahamnya menarik ya,” tambah Nafan.

Hal serupa dikatakan analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana yang mengatakan, harga saham emiten IPO cenderung tak terprediksi. “Pada saat awal bisa naik. Tapi biasanya setelah itu akan mulai terkoreksi,” ujar Herditya.

Baik Nafan maupun Herditya menyebutkan harga saham emiten yang baru IPO secara teknikal belum meninggalkan “jejak historis” sehingga akan sulit untuk dibaca arahnya ke depan. Dus, harga saham tersebut juga belum bisa merefleksikan kondisi fundamentalnya. “Paling tidak butuh waktu satu tahun hingga dua tahun,” kata Herditya.

Nafan menambahkan kedepan pergerakan harga saham emiten-emiten yang baru IPO tergantung pada strategi dan arah perusahaan. “Dari situ nantinya juga baru akan tampak bagaimana kinerja fundamentalnya dari periode ke periode,” tandas Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×