Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) resmi menjadi perusahaan ke-20 yang melantai pada tahun ini. Kehadiran KAYU juga menggenapi emiten ke-636 yang tercatat di bursa. KAYU menawarkan sebanyak 665 juta sahamnya kepada publik dengan harga penawaran Rp 150 per saham.
Direktur Independen PT Darmi Bersaudara Tbk Lie Kurniawan menjelaskan perusahaannya mengincar dana segar sebesar Rp 22,5 miliar dari penawaran perdana tersebut.
Lie mengatakan, sekitar Rp 18 miliar akan digunakan perusahaannya untuk membeli modal kerja berupa kayu mentah. “Sedangkan sekitar 20% atau sekitar Rp 4,5 miliar akan kami gunakan untuk meningkatkan aset produktif kami berupa mesin pengolahan,” kata Lie, Kamis (4/7).
Sebagai informasi, KAYU merupakan salah satu perusahaan kecil dan menengah yang pertama kali tercatat di bursa tahun ini. Unit usaha KAYU adalah perdagangan dengan produk utama kayu olahan.
“Kami mengolah kayu log menjadi berbagai bentuk seperti kayu decking, door jam, windom jam, dan post beam,” jelas Lie.
Dalam menjalankan bisnisnya, KAYU tak bekerja sendiri. Untuk pengolahan mereka bermitra dengan sekitar dua unit usaha di Jawa Timur. Sedangkan KAYU lebih berperan sebagai pengemas produk olahan dan pencari pasar produk-produk tersebut di luar negeri.
Maklum, selama ini KAYU lebih banyak bermain di segmen manca negara, terutama di Asia Selatan. India dan Nepal adalah kedua negara yang paling banyak menerima produk olahan kayu.
Data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) juga menunjukkan demikian. Dari keseluruhan total ekspor produk kayu olahan, India menyumbang hampir seperempat dari permintaan ekspor. Nilainya mencapai US$ 2,82 juta. Tertinggi setelah China yang sebesar US$ 4,54 juta.
“Untuk di India kami supply ke sekitar 20 supplier dan trader. Sedangkan Nepal ada 8 supplier dan trader,” kata Lie.
Tahun lalu, KAYU mencatatkan pendapatan sebesar Rp 37,6 miliar dimana kesemuanya merupakan pendapatan ekspor.
Berdasarkan prospektus, sebanyak Rp 36,5 miliar penjualan KAYU didapat dari pangsa di India. Sedangkan sisanya, sekitar Rp 1,2 miliar disumbang dari pangsa pasar Nepal.
Sebagai informasi, pendapatan KAYU di tahun lalu naik 73,2% dari tahun 2017. Pada tahun 2017 KAYU membukukan pendapatan sebesar Rp 21,72 miliar. “Kenaikan itu karena sejak tahun 2017 kami lebih berfokus menjadi perusahaan yang memprioritaskan perdagangan kayu saja alih-alih pengolahannya juga,” kata Lie.
Untuk tahun ini, Lie memproyeksikan perusahaannya bisa mencatat pertumbuhan pendapatan berlipat. “Dengan dana IPO, kita bisa raup pendapatan hingga Rp 64 miliar,” ujar Lie optimistis.
Lie menyebut, melalui realisasi penggunaan IPO, mereka bisa memenuhi permintaan ekspor di kedua negara yang selama ini sudah menjadi langganan yakni India dan Nepal. “Selama ini kami baru bisa memenuhi sekitar 20% dari permintaan ekspor. Ketika nanti tingkatkan mesin, kami bisa penuhi hingga 40% dari permintaan kami,” ujar Lie.
Dalam sekali ekspor, KAYU bisa mengirim hingga tujuh kontainer hingga delapan kontainer produk kayu olahan. “Kami tidak patok berapa bulan sekali supply. Tergantung barang disana habis dalam berapa lama. Biasanya dalam satu sampai tiga bulan kami bisa kirim lagi,” kata Lie.
Lie memproyeksikan jumlah itu akan semakin tumbuh baik dari supply maupun demand. “Tahun ini kita sudah jajaki untuk ekspor ke Korea Selatan dan Australia. Karena baru saja, maka kita masih lihat feedback dari market di kedua negara itu,” kata Lie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News