kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Perang terbuka di Tubuh Tiga Pilar Sejahtera (AISA)


Sabtu, 28 Juli 2018 / 13:19 WIB
Perang terbuka di Tubuh Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
ILUSTRASI. Kericuhan saat RUPSLB PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)


Reporter: Dityasa H Forddanta, Elisabet Lisa Listiani Putri, Yoliawan H | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Drama tujuh jam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) berakhir. Setidaknya untuk sementara.

Berdasarkan hasil RUPS yang diterima KONTAN, ada sejumlah keputusan dalam acara tersebut. Pertama, laporan tahunan 2017 ditolak, oleh karenanya RUPS yang mengagendakan pengesahan laporan tahunan AISA ditunda. Kedua, mengganti auditor laporan keuangan AISA.

Ketiga, dewan direksi saat ini dibubarkan. Tugas dan fungsi direksi diambil alih sementara waktu oleh dewan komisaris. Keempat, dewan komisaris akan menyelenggarakan RUPS Luar Biasa untuk memilih dan menetapkan direksi definitif, paling lambat dalam jangka waktu 90 hari.

Sejumlah hasil dalam RUPS ini sesuai dengan risalah keputusan rapat yang diteken oleh dewan komisaris AISA. Ihwal penolakan laporan tahunan 2017 AISA, misalnya, kabar yang diterima KONTAN berkaitan dengan transaksi dan piutang AISA senilai lebih dari Rp 2 triliun

Transaksi itu melibatkan sejumlah perusahaan yang kabarnya masih terafiliasi Direktur Utama AISA Joko Mogoginta. Data Ditjen AHU Kementerian Hukum dan HAM, memang menunjukkan hubungan afiliasi tersebut.

Persoalannya, transaksi tersebut tidak dicatat sebagai transaksi afiliasi, melainkan pihak ketiga. Di sisi lain, transaksi itu juga dilakukan saat AISA berkutat dengan utang.

Alih-alih untuk menyelesaikan utang, dana perusahaan digunakan untuk aktivitas lain. Padahal, nilainya mencukupi untuk melunasi utang bunga obligasi, sehingga tak harus sampai gagal bayar.

Aktivitas ini berpotensi melanggar good corporate governance (GCG). "Dirut menolak mengonfirmasi, tapi juga tidak membantah itu terafiliasi atau tidak," tutur sumber KONTAN yang enggan disebutkan namanya di sela RUPS AISA, Jumat (27/7).

Namun, Joko mengklaim, tidak ada yang salah dengan transaksi itu. "Transaksi sudah dilakukan sejak lama. Tujuannya untuk menjadikan satu pembukuan," tandas dia.

Usai RUPS, Komisaris Utama AISA Anton Apriyantono menjelaskan, mata agenda RUPS tetap dilangsungkan dengan votingsaat dirinya bersama Joko melakukan walkout. Namun, dia meminta notaris untuk mencatat seluruh kondisi yang terjadi, termasuk walkout dewan direksi dan beberapa pemegang saham."Akhirnya itu di-vote, tapi vote-nya harus dihitung lagi karena ada yang walkout," jelas Anton.

Deklarasi perang di AISA

Nah, pelaksaan dan sejumlah keputusan dalam RUPS itu boleh dibilang menjadi awal dari "deklarasi perang" terbuka di tubuh AISA. Boleh dibilang, perang sesungguhnya akan berkobar makin panas pasca RUPS ini.

Setidaknya, Joko Mogoginta sudah memicu isyarat perang terbuka dengan sesama pemegang saham lain, KKR & Co. Saat walkout dari ruang RUPS, dia berkata dengan ekspresi penuh emosi dan nada tinggi, "Ini hostile take over. Saya membangun dari 26 tahun lalu!"

Sederhananya, hostile take over merupakan pengambialihan perusahaan secara paksa. Salah satu caranya dengan mempengaruhi pemegang saham untuk mengganti manajemen perusahaan.

Joko juga menuding, indikasi hostile take over kuat karena ada tekanan terhadap Anton. "Tadi Pak Anton sudah menjelaskan, lalu ditekan untuk membuat kesepakatan. Ini menjadi skenario yang sangat-sangat jahat dan busuk!" tandas Joko.

Bahkan, ada isu yang menyebut Anton sempat ditahan hingga berjam-jam di dalam ruangan pertemuan di sebuah hotel di Jakarta. Anton mengakui, tekanan itu turut mempengaruhi keputusannya yang sempat menarik kembali tanda tangan dalam laporan tahunan. "Sepuluh jam, bayangkan dengan kondisi seperti itu, ya, mohon maaf atas keputusan yang saya ambil," ujarnya.

Tapi, Komisaris AISA Jaka Prasetya menampik hal tersebut. Pengambialihan posisi dewan direksi dilakukan secara bersih dan sudah sebagaimana mestinya. "Kalau hostile, kami terus melakukan penambahan saham," ujar pria yang juga merupakan perwakilan KKR & Co Inc itu.

KKR menguasai AISA melalui KKR Asset Management LLC. Sejauh ini, kepemilikan KKR atas AISA masih 262,6 juta saham atau setara 9,09%. Jumlah itu menyusut dibandingkan pertama kali KKR masuk pada September 2013 dengan membeli 277,97 juta atau setara 9,5% saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×