kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang Rusia-Ukraina Picu Harga Komoditas Energi Naik Tajam


Kamis, 03 Maret 2022 / 14:16 WIB
Perang Rusia-Ukraina Picu Harga Komoditas Energi Naik Tajam
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Priok, Kamis (3/2/2022). Rusia merupakan salah satu negara produsen komoditas energi, yakni minyak mentah dan gas alam yang terbesar di dunia.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Konflik antara Rusia - Ukraina belum memperlihatkan tanda-tanda mereda. Di saat bersamaan, harga komoditas energi terbang imbas dari perang kedua negara tersebut.

Maklum, Rusia merupakan salah satu negara produsen komoditas energi, yakni minyak mentah dan gas alam yang terbesar di dunia.

Imbas dari konflik ini, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman April pada hari ini, Kamis (3/3) menyentuh level US$ 113,37 per barrel. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Bahkan, jika dihitung secara year to date, harga minyak WTI telah berhasil menguat hingga 51,67%.

Komoditas energi lainnya, yakni gas alam, juga tercatat mengalami kenaikan harga yang signifikan. Harga gas alam kontrak pengiriman April terpantau berada di level US$ 4,88 per mmbtu. Padahal, pada akhir tahun 2021, harga gas alam masih berada di US$ 3,51 per mmbtu. Artinya, secara ytd, harga gas alam telah menguat 39,03%.

Baca Juga: Kekhawatiran Terganggunya Pasokan Memicu Harga Gas Alam Naik 39% Sejak Awal Tahun

Namun, yang paling mengejutkan adalah kenaikan harga komoditas energi lainnya, yakni batubara. Harga batubara di ICE Newcastle saat ini terpantau berada di level US$ 446 per ton alias level tertinggi sepanjang masa. Jika dihitung secara ytd, penguatan harga si batu hitam ini telah mencapai 233,83%.

Research & Development ICDX Girta Yoga menjelaskan, konflik Rusia - Ukraina memang punya dampak yang signifikan terhadap komoditas energi. Adanya konflik tersebut berpotensi mengganggu produksi minyak mentah serta gas alam Rusia.

Di sisi lain, berbagai negara juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, salah satu sanksi terbaru datang dari Uni Eropa yang berniat mengeluarkan Rusia dari sistem perbankan SWIFT.

“Hal ini sangat berpotensi akan menghambat pembiayaan perdagangan termasuk untuk penjualan minyak mentah maupun gas alam dari Rusia ke pasar global,” jelas Yoga kepada Kontan.co.id, Rabu (2/3).

Baca Juga: Rally minyak WTI Terus Berlanjut, Diproyeksikan Tembus Level US$ 120 Per Barel

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, pelaku pasar saat ini tengah khawatir dengan potensi terjadinya disrupsi pada pasokan gas alam dan minyak mentah. Hal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti sanksi ekonomi dari berbagai negara ke Rusia, respons Rusia dengan sengaja membatasi pasokan gas alam dan minyak.

Sejauh ini, Inggris telah melarang kapal Rusia untuk keluar dari pelabuhan yang berpotensi mendisrupsi pengiriman gas alam dari Rusia. Menurutnya, saat ini banyak kalangan yang mengkhawatirkan Uni Eropa nantinya akan mengikuti langkah serupa. Padahal, Rusia memasok lebih dari 40% kebutuhan gas alam Uni Eropa.

“Jadi pergerakan harga gas alam ini sebenarnya bukan karena faktor fundamentalnya, tapi lebih dikarenakan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap potensi risiko dari pemberlakuan sanksi larangan ekspor ke Rusia,” imbuh Wahyu 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×